Dalam konteks kelompok pekerja manusia silver, manusia dengan kostum boneka, pengemis, supeltas, pengamen, dan gelandangan di kawasan Soloraya maka proses keruangan akan menggambarkan bagaimana pola distribusi dan keberadaan kelompok ini mengalami perubahan seiring berjalannya waktu yaitu proses keruangan yang mencakup perubahan jumlah individu yang terlibat dalam pekerjaan tersebut di wilayah Soloraya dari tahun ke tahun. Jumlah pekerja jalanan ini dapat mengalami fluktuasi karena berbagai faktor seperti perubahan ekonomi, permintaan sosial, atau perubahan regulasi terkait pekerjaan di wilayah tersebuti. Mereka tidak hanya berasal dari satu kabupaten Sukoharjo saja, akan tetapi mereka berasal dari berbagai daerah/kabupaten di sekitarnya. Hampir 60 persen mereka berasal dari kabupaten yang sama yaitu Sukoharjo, selebihnya dari kabupaten lain bahkan ada yang berasal dari Grobogan, dengan perincian sbb : Kab.Karanganyar (19 %), Boyolali (12%), Solo (7%), Grobogan dan Semarang, masing masing 1 persen. Haukum migrasi dari Ravenstein tetap berlaku bagi mereka dimana factor jarak sebagai salah satu penentu, semakin dekat jarak tempuhnya semakin banyak orangnya.(*)