Oleh:
Nurmalasari,S.Pd (Guru Bahasa Inggris SMAN 1 Way Jepara,Lampung Timur)
Komunikasi yang efektif dan baik merupakan kunci keberhasilan hubungan antara individu dan kelompok, sehingga harus diciptakan agar tercapai tujuan hakiki pendidikan . Ki Hajar Dewantara mewariskan nasehat bahwa tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Seorang pendidik dipersyaratkan memiliki kemampuan komunikasi efektif , namun untuk memiliki kemampuan komunikasi verbal tidaklah semudah membalikkan telapak tangan .
Baca Juga:Belajar Tidak Harus Selalu di KelasBotobo dalam Kurikulum Merdeka
Pendidik perlu memahami kondisi kejiwaan murid dan gaya komunikasi murid. Apalagi murid di era zenital yang cenderung berporos pada kecanggihan teknologi dan segala variannya, oleh karena itu pendidik perlu memiliki kompetensi sosial emosional agar piawai dalam menyelami kejiwaan murid dan pandai mendapat ruang di hati remaja milenial.
Solusi mengatasi gagap komunikasi dengan murid, pendidik perlu memiliki kompetensi sosial dan emosional yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Menurut Rusiati Yo, S.Psi., M.Pd dan Jilly Pingkan Kaunang, S.Si-Teol, proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat: memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri), kemudian menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri) , selanjutnya bisa merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial) dan kemampuan berikutnya adalah membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi) serta membuat keputusan yang bertanggung jawab karena Guru yang memiliki kompetensi sosial emosional yang baik biasanya akan lebih bersikap positif di dalam kelasnya. Bersikap positif mampu mengendalikan emosi buruk dan menciptakan emosi baik. Sehingga akan tercipta komunikasi efeltif.
Pada akhirnnya komunikasi yang efektif mampu menciptakan proses pembelajaran yang efektif. Ada 4 cara untuk menciptakan komunikasi yang efektif: Pertama , Mengenal profil, karakteristik, kebutuhan,dan hobi murid.Contoh: latar belakang keluarga, profesiorang tua, lingkungan rumah, kondisi fisik ( terpenuhi kebutuhan primer). Kedua, Memasuki dunia murid dengan memberi keluasaan berpendapat dan berkehendak. Pahami psikologi remaja agar pendidik paham kegemaran dan gaya belajar murid sehingga anak merasa dihargai dan di pahami . Ketiga, Ajak dan arahkan murid kedunia pendidik. Jika sudah mampu mengambil hati murid maka dengan mudah pendidik mengajak murid untuk bereksplorasi di dunia orang dewasa. Keempat , Jalin ikatan emosional atau kedekatan dengan murid dengan murah senyum, menanyakan kabar, tepuk bahunya, memasuki duniamya dan jika ada hambatan maka libatkan murid , orang tua dan rekan sejawat untuk penyelesaiannya. Jika beban materi di kurikulum terlalu berat permudahlah dengan capaian pembelajar