SUBANG – Permasalahan stunting telah menjadi perhatian serius, dimana upaya untuk mengurangi prevelensi anak yang mengalami pertumbuhan terhambat menjadi prioritas utama pemerintah Indonesia.
Stunting, yang disebabkan oleh masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu yang lama, berdampak negatif pada pertumbuhan anak.
Di Kabupaten Subang sendiri, sebanyak 1.624 anak mengalami stunting, dengan wilayah paling terdampak berada di bagian Utara dan Selatan.
Baca Juga:Kekeringan di Pantura, Debit Air Hampir Tidak AdaRibuan Buruh di Kabupaten Karawang Minta Cabut UU Ciptaker
“Betul, ada 1.624 anak yang mengalami stunting,” ungkap Kepala DP2KBP3A Kabupaten Subang, Dra. Nunung Suryani.
Untuk penanganan, pemerintah Kabupaten Subang menerima alokasi anggaran dari DAK (dana alokasi khusus) pemerintah pusat sebesar Rp8 miliar, yang digunakan dalam berbagai kegiatan.
Peran DP2KBP3A Kabupaten Subang dalam upaya menurunkan prevelensi stunting lebih fokus pada pencegahan agar tidak terjadi kelahiran anak dengan kondisi stunting. Oleh karena itu, kegiatan sosialisasi dan pendampingan terus dilakukan.
“Sosialisasi di kalangan remaja baik di sekolah maupun di luar sekolah, pendampingan untuk calon pengantin, ibu hamil, ibu pasca persalinan, balita, dan bayi dan balita dengan tumbuh kembang normal (Baduta),” terang Nunung.
Pendampingan bagi ibu hamil bertujuan untuk memastikan mereka mendapatkan perawatan kesehatan yang cukup, termasuk imunisasi dan asupan makanan yang bergizi sesuai kebutuhan ibu hamil. Sementara itu, pendampingan bagi ibu pasca persalinan adalah untuk memastikan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dan penerapan alat kontrasepsi yang sesuai.
Nunung menambahkan bahwa pendampingan juga diberikan kepada Baduta dan Balita melalui penimbangan rutin di posyandu, memberikan ASI hingga usia 2 tahun, dan memberikan asupan gizi yang seimbang serta pola asuh yang tepat oleh orang tua dan keluarga.
Berdasarkan hasil survei status gizi Indonesia (SSGI), Kabupaten Subang saat ini menduduki peringkat terendah ke-5 dengan prevelensi 15,7 persen berdasarkan elektronik pencatatan pelaporan gizi berbasis masyarakat (EPPBGM).
Baca Juga:Linda Megawati Bantu Rehab Mesjid At TaufiqPemohon Uji Sim C di Polres Subang Meningkat
“Target kita tahun ini adalah menurunkan prevelensi stunting dari 15,7 persen menjadi 14 persen,” ujar Nunung.
Sekretaris BKAD Kabupaten Subang, M. Chairil Syahdu, menyebut bahwa pemerintah daerah menerima alokasi dana dari pemerintah pusat melalui DAK untuk dua SKPD, yaitu DP2KBP3A dan Dinas Kesehatan Kabupaten Subang.