SUBANG-Anggota DPRD Kabupaten Subang Komisi I Fraksi Partai PAN, Albert Anggara Putra mendesak pemerintah mangatasi persoalan di kekeringan di musim kemarau ini.
Pasalnya, para petani di Pantura Subang kini menghadapi musim kemarau yang diprediksi terjadi sampai bulan Oktober mendatang. Musim kemarau yang membawa kekeringan ini akan menambah beban bagi para petani.
Albert mengatakan, tanah yang kering dan kurangnya pasokan air akan menghambat pertumbuhan tanaman, mengakibatkan gagal panen, dan menurunkan produktivitas pertanian.
Baca Juga:Luput Dari Perhatian Pemerintah, Rumah Kakek Dulhari RobohWagub Sebut Ikatan Remaja Masjid Garda Terdepan Bentuk Karakter Siswa
Menurutnya, hal tersebut akan berdampak pada pasokan pangan, kenaikan harga bahan pangan, serta pengurangan pendapatan petani.
“Jika tidak diantisipasi, dampak kekeringan akan meluas ke sektor rumah tangga ya contohnya harga bahan pokok menjadi naik,” jelas Albert saat diwawancarai Pasundan Ekspres.
Lanjut Albert, masalah kekeringan dan air bersih dan Pantura kerap menjadi persoalan saat musim kemarau tiba. Sebab itu, ia meminta menyiampkan sarana dan prasarana adanya pasokan air bagi lahan pertanian dan air bersih bagi masyarakat.
Albert mengingatkan Pemerintah Daerah untuk mengawal kinerja dalam mengatasi pembangunan infrastruktur, termasuk urusan ketersediaan air bersih.
“Hal ini berkaitan juga dengan usaha petani dan peternak maupun nelayan serta hal-hal lain yang mendukung kesejahteraan rakyat kecil khususnya di wilayah Pantura,” ujarnya.
Ia juga mengatakan, pemerintah pasti memiliki kemampuan untuk mengupayakan perbaikan masalah-masalah dipelosok daerah dengan melakukan koordinasi yang proaktif.
Menurut salah satu petani di Pantura, tepatnya di Desa Rancadaka, kekeringan tersebut rutin terjadi setiap tahun, sehingga para petani hanya mampu menanam padi setahun sekali ketika musim penghujan tiba.
Baca Juga:Mahasiswa KKN UPI Bantu Pencegahan Stunting di Desa MarengmangSatu Desa Kecanduan Narkoba, Kades Sebut Ada Bandar Beroperasi
Ia mengatakan, sejak Juni 2023, kekeringan sudah melanda lahan pertanian di Desa Rancadaka, dan membuat ratusan hektar sawah tak bisa tanam.
“Dari 700 hektar sawah di Desa Rancadaka, ada sekitar 40 persen atau sekitar 300 hektar sawah di Rancadaka ini tak bisa ditanami karena gak ada air yang mengalir ke pesawahan,” ujar petani Desa Rancadaka Munawar.
Menurutnya, kekeringan ini terjadi karena tak ada air yang mengalir di irigasi ke lahan pesawahan. Sekali pun ada air yang berasal dari sungai tak bisa dialirkan ke pesawahan karena debit air sungai cukup dalam.