PASUNDAN EKSPRES– Seorang jemaah haji asal Sidoarjo, Jawa Timur, bernama Prayitno Slamet Hariono (48), menggugat Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, atas dugaan penyelenggaraan haji yang buruk pada tahun 2023.
Gugatan ini berujung pada tuntutan ganti rugi sejumlah lebih dari Rp1,1 miliar.
Pengajuan gugatan ini telah dilakukan oleh Prayitno di Pengadilan Negeri Sidoarjo pada Senin (14/8) yang lalu.
Baca Juga:Rangka Skutik Honda Patah dan Berkarat, Ini Kata AHMPeringati HUT RI ke 78, Habib Lutfi akan Tausyiah Kebangsaan di Subang
Gugatan tersebut telah resmi terdaftar dengan Nomor Perkara: 250/Pdt.G/2023/PN Sda.
“Saya menggugat Kepala Kantor Kementerian Agama Sidoarjo, Kepala Kanwil Kemenag Jatim dan Menteri Agama RI,” ungkap Prayitno saat pada media, Rabu (16/8).
Prayitno, yang termasuk jemaah haji Kloter 17 di Embarkasi Surabaya, menjalani ibadah di Tanah Suci dari 30 Mei 2023 hingga 11 Juli 2023.
Ia menceritakan tentang ketidaknyamanan yang dirasakannya selama menjalankan ibadah tersebut, terutama terkait layanan makanan.
Pada tanggal 26 Juni dan 2-4 Juli 2023, Prayitno dan jemaah lain dari Kloter 17 tidak mendapatkan jatah makanan ketika berada di Makkah.
Padahal, mereka seharusnya diberi makan tiga kali sehari oleh petugas haji.
Informasi yang dia terima dari ketua kloter menyebut bahwa petugas katering haji saat itu tidak ada di lokasi karena sedang mempersiapkan perpindahan ke Arafah dan Mina.
Baca Juga:Peringati HUT RI 78, Pawai Obor Digelar di SubangUpaya Berikan Layanan Kesehatan Lebih Baik, Kadinkes Subang Luncurkan Program Meteor Ellon
Menghadapi situasi ini, Prayitno dan sebagian besar jemaah Kloter 17 memutuskan untuk mengumpulkan uang secara bersama-sama untuk membeli peralatan masak serta bahan makanan seperti telur, beras, dan lainnya.
Tidak hanya itu, mereka juga menghadapi masalah ketika tidak diberikan makanan dua kali saat berangkat menuju Mina, hanya makan sekali pada malam hari.
Hal ini menyebabkan banyak jemaah pingsan karena dehidrasi dan kelelahan di tengah cuaca panas.
Prayitno juga mengungkapkan bahwa makanan yang diberikan saat berada di Madinah dan Makkah tidak memadai.
Contohnya, hanya diberikan nasi putih dan lauk sambal goreng tahu tempe atau nasi kuning dan orek telur. Ia merasa bahwa pemerintah tidak memperlakukan tamu Allah dengan baik.
Ketidaknyamanan lainnya dialami saat jemaah harus menunggu jemputan bus dari Musdalifah menuju Mina.
Mereka diinformasikan akan dijemput setelah Salat Subuh, namun bus baru datang pada pukul 11.00 siang waktu Arab Saudi.