Karena banyak riwayat yang menceritakan pada kita semua.
Kelemahan kita, sering kali mengabaikan dan melupakan beliau sebagai tauladan (uswah) mulia.
Allah S.W.T telah memberikan jaminan kepada nabi, pantas dan layak dijadikan tauladan, seperti firman-Nya dalam QS. al-Ahzab/33: 21.
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Nabi Muhammad itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
Faktor kedunguan yang menyelimuti nalar dan hati seseorang.
Baca Juga:5 TAHUN RINDU, Hari Jadi ke-78 Jabar, Momen Resmi Terakhir Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul UlumPojokan 165, Merdeka
Mengakibatkan seseorang mencari-cari tauladan yang lain. Tokoh yang ditauladani, tokoh yang bermasalah secara moral dan etika.
Akhirnya akan mempengaruhi pola pikir (mindset), tutur kata dan perilakunya.
Seandainya ia mendapatkan kesempatan menjadi pemimpin. Kebijakan yang ia ambil jauh dari nilai agama dan berpihak pada hawa nafsu dan kepentingan dunia belaka.
Berbeda dengan Nabi Muhammad saw. beliau digembleng langsung oleh sang penguasa alam semesta.
Hasilnya memang luar biasa, tiada tandingannya di dunia.
Sebagai umatnya, seorang muslim harus berikhtiar dan berdoa untuk meneladani kepribadian beliau.
Tidak boleh pesimis, harus optimis dan istiqamah. Allah swt akan melihat seberapa kuat kehendak dan usaha seseorang untuk menjadikan beliau sebagai uswah.
Salah satu dari sekian banyak yang harus ditauladani adalah kepekaan sosial yang ada pada diri Nabi Muhammad saw.
Orang kafir Qurays pernah menawarkan kekuasaan, harta dan wanita kepada Nabi Muhammad.
Baca Juga:Daftar Harga Kulkas LG 2 Pintu, Yakin Ga Mau Beli?5 Daftar Harga Paket XL Tahun 2023, Murah Bingits!
Tawaran itu diberikan sebagai kompensasi apabila Nabi berhenti menyampaikan risalah Ilahi. Dengan tegas dan lugas beliau menjawab:
“Andaikan mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, agar aku meninggalkan agama ini, hingga Allah memenangkannya atau aku ikut binasa karenanya, maka aku tidak akan meninggalkannya.”
Sebagian orang mencari argumentasi.
Tawaran itu datang dari orang kafir, jelas bertentangan dengan keyakinan beliau.
Bagaimana misalnya harta beliau raih dengan cara halal? Atau berdoa kepada Allah swt agar diberikan harta yang berlimpah ruah?
Beliau tidak ingin menjadi orang yang kaya.
Beliau ingin menjadi seorang hamba Allah yang hidup dalam kesederhanaan. Buktinya saat beliau berdoa: