“Wahai Allah hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, dan matikanlah Aku dalam keadaan miskin, serta kumpulkanlah aku bersama orang-orang yang miskin pada hari kiamat nanti.”
Siti Aisyah kemudian bertanya,
“Mengapa Anda berdoa demikian wahai Nabi?”
Nabi menjawab: “Karena orang-orang miskin itu akan masuk surga lebih dahulu daripada orang-orang kaya dengan jarak waktu 40 masa. Wahai Aisyah janganlah kamu menolak orang miskin meskipun dengan memberi separuh buah kurma. Wahai Aisyah cintailah orang-orang miskin dan dekatilah mereka, maka Allah akan mendekatkan kamu pada hari kiamat”.
Jika Nabi ingin kaya, bukanlah suatu hal yang imposible. Karena doa Nabi super mustajab. Pasti dikabulkan Allah S.W.T.
Baca Juga:5 TAHUN RINDU, Hari Jadi ke-78 Jabar, Momen Resmi Terakhir Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul UlumPojokan 165, Merdeka
Namun, Nabi tidak menginginkan itu. Nabi merasakan lapar, sehingga sering berpuasa.
Nabi merasakan tidur beralaskan pelapah kurma. Rumah beliau sangat sederhana.
Nabi tidak meninggalkan warisan harta bagi keluarganya. Nabi merasakan bagaimana menjadi wong cilik.
Berbagi dengan sesama, meski dalam suasana serba kekurangan.
Membantu orang lain bagi orang kaya, suatu yang mudah.
Tapi membantu dan berbagi dengan orang dalam kondisi hidup miskin dan serba kekurangan, itu super luar biasa.
Saat harta banyak, orang akan mendekat dan menyanjung. Saat jatuh miskin, orang akan menjauh dan menghinanya.
Pada kesempatan lain, saat Nabi berkumpul bersama sahabat. Datang seseorang petani dengan membawakan sekantong kecil yang penuh dengan buah anggur.
Petani itu menyerahkan buah-buahan kepada Nabi S.A.W. “Wahai Rasulullah,” katanya, “terimalah pemberianku yang tidak seberapa ini. Aku membawanya dari kebun tempatku bekerja.”
Beliau menerima hadiah itu dengan senang hati sambil mengucapkan terima kasih.
Baca Juga:Daftar Harga Kulkas LG 2 Pintu, Yakin Ga Mau Beli?5 Daftar Harga Paket XL Tahun 2023, Murah Bingits!
Setelah duduk kembali, Rasul SAW menaruh sekantong buah itu di atas meja.
Sebutir demi sebutir anggur itu beliau makan. Setiap memakannya, wajah Rasulullah saw tampak berbinar. Bibirnya juga tersenyum.
Petani miskin itu tampak sangat senang. Apalagi, beliau menghabiskan seluruh anggur pemberiannya tanpa sisa. Para sahabat sangat heran dengan perilaku Nabi.
Tak lama berselang, petani berpamitan dengan wajah bahagia. Para sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW. Mereka merasa sangat heran.