Oleh: Yudi Septawardana, M.A
(Pengurus DPD AGPAII dan Guru PAI SMP Kab. Pesisir Selatan)
NEGARA MERDEKA Ala MOBIL ODONG-ODONG
         Tulisan ini tidak bermaksud mendefenisikan Negara Merdeka dan Mobil Odong-odong. Bukan pula untuk menentukan status legal atau ilegal sebagai moda transportasi massa. Atau bukan pula untuk menentukan berapa kafasitas yang semestinya? Biarlah mereka yang berkompeten di bidangnya berbicara tentang semua itu. Penulis, akan mencoba menggali dari dimensi yang berbeda, Negara Merdeka ala Mobil Odong-odong (selanjutnya disebut Odong-odong).
Berselewerannya Odong-odong di Nusantara, tentu memiliki nilai sejarah. Hadir bukan sekedar meramaikan jalan saja. Jika dianalisa dengan mendalam, ada nilai-nilai negara merdeka pada Odong-odong. Selama ini kita belum tersadarkan, akibat nalar dan logika belum dimainkan untuk mengambil pelajaran (ibrah) pada setiap kejadian. Padahal alam semesta dan isinya merupakan ayat-ayat ilahi yang bersifat kauniyah. Jumlahnya tak terbatas (unlimited) dan menjadi objek nalar bagi orang-orang yang berakal.
Secara teoritis syarat berdirinya sebuah negara salah satunya adalah memenuhi syarat konstitutif. Syarat ini merupakan unsur yang paling urgen dalam berdirinya sebuah negara. Sebab unsur konstitutif menjadi syarat wajib yang harus dimiliki sebuah negara. Adapun unsur konstitutif adalah rakyat, wilayah, dan pemerintah yang berdaulat.
Baca Juga:Ridwan Kamil Resmikan Tapal Desa Leuit Juara di Kabupaten CirebonRidwan Kamil Optimistis Pangdam III Siliwangi Baru Dukung Jabar Juara
Apakah syarat itu terpenuhi oleh Odong-odong? Berikut akan penulis bedah satu per satu.
- Penumpang sebagai simbol rakyat
Di negara yang penulis sebut dengan Negara Odong-odong, rakyat memiliki posisi sentral dan penentu dalam mengambil kebijakan. Misalnya Odong-odong siapa yang akan disewa? Tentu berbagai argementasi akan muncul. Mengapa Odong-odong milik si anu yang disewa. Pertimbangannya tentu mudah diterka. Berangkali karena harganya murah, fasilitas mewah, atau sopir ramah.
- Sopir sebagai simbol dari pemerintahan
Eksistensinya sangat menentukan keselamatan seluruh penumpang. Ia akan dipuja dan dicaci. Sebagai konsekuensi logis dari jabatan yang diemban. Dipuj kalau sopir mampu memberikan pelayanan prima. Mampu mengakomodir aspirasi penumpang dengan baik. Penumpang minta Odong-odong berhenti, sopir memberhentikannya dengan senang hati. Dan sebaliknya. Penumpang minta kencang/pelan. Sopir meingindahkannya. Penumpang mohon karoke lagu dangdut, dengan ikhlas permintaan itu dipenuhinya.