Mengintegrasikan Experiential Learning dalam Pembelajaran Sosial-Emosional

Mengintegrasikan Experiential Learning dalam Pembelajaran Sosial-Emosional
0 Komentar

Simulasi. Kali ini Anda harus memilih simulasi yang menciptakan situasi realistis di mana peserta harus berinteraksi sosial dan menghadapi tantangan emosional. Contohnya, simulasi bisnis atau situasi krisis. Fasilitator harus memandu simulasi dan memberikan umpan balik selama proses. Ini membantu peserta memahami bagaimana tindakan mereka memengaruhi hasil dan interaksi sosial. Setelah simulasi, lakukan refleksi yang mendalam. Biarkan peserta berbicara tentang perasaan mereka, keputusan yang mereka buat, dan dampaknya. Fasilitator dapat membantu mereka mengaitkan pengalaman ini dengan pengembangan kompetensi sosial-emosional. Ingatlah bahwa pengembangan kompetensi sosial-emosional memerlukan waktu dan pengulangan. Jangan ragu untuk menggunakan berbagai metode pengalaman berbasis pengalaman sepanjang kurikulum atau program pembelajaran. Pastikan ada dukungan dan fasilitator yang memahami tujuan pengembangan kompetensi sosial-emosional. Mereka dapat membimbing, memberikan umpan balik, dan membantu dalam refleksi.

Integrasi pembelajaran berbasis pengalaman dengan metode seperti proyek, permainan peran, atau simulasi memungkinkan peserta untuk mengembangkan keterampilan sosial-emosional dalam konteks yang mendalam dan relevan. Hal ini memungkinkan mereka untuk merasakan, belajar, dan tumbuh melalui pengalaman, yang merupakan pendekatan yang kuat untuk pengembangan kompetensi sosial-emosional yang berkelanjutan.(*)

Laman:

1 2 3
0 Komentar