Putra Daerah Subang Konsisten Produksi Sepatu Lokal Bernama CHATS

Putra Daerah Subang Konsisten Produksi Sepatu Lokal Bernama CHATS
PRODUK LOKAL: Chaerudin, pemilik brand sepatu asal Subang, CHATS. MUHAMMAD FAISHAL/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

SUBANG-Kabupaten Subang perlu bangga memiliki brand sepatu lokal berkualitas tinggi, bernama CHATS. Telah meraih beberapa penghargaan dan menarik perhatian luar negeri.
Masyarakat Kabupaten Subang wajib berbangga atas prestasi yang dimiliki oleh putra daerahnya, wirausahawan di bidang sepatu kulit. Siapa lagi kalau bukan Chaerudin, pemilik brand sepatu asal Subang, CHATS.

Ia merupakan warga Kampung Tenjolaut, Desa Jalupang, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Subang. CHATS merupakan sebuah akronim dari ‘Chaerudin Asli Tenjolaut Subang’, dinamakan tersebut agar tidak lupa dari mana Ia berasal.

Sebelum CHATS diciptakan, Chaerudin sempat bekerja sebagai pengerajin sepatu di sebuah toko di Jakarta. Kemudian Ia dikeluarkan dari pekerjaannya tersebut padat tahun 1997-1998 saat krisis moneter melumpuhkan perekonomian Indonesia.

Baca Juga:Experiential Learning dan Pembelajaran Sosial-EmosionalSampaikan Terimakasih kepada Warga Jabar, Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Pamit

“Kemudian saya pulang ke kampung halaman dan mulai membuat sepatu sendiri, berawal dari sepatu sepak bola untuk keperluan acara karang taruna. Saat itu belum ada toko, hanya dijual pasangan saja, ya namanya juga di kampung,” ucapnya.

Lama kelamaan para pembeli semakin sering berdatangan, tetapi Chaerudin melihat bahwa para pelanggannya sepertinya kesusahan untuk memesan sepatunya dikarenakan akses ke kampungnya yang sulit, terutama saat hujan.

“Melihat pelanggan saya dulu suka kasihan. Kadang sudah jauh-jauh datang melewati jalan yang becek, kotor-kotoran, ketika sampai di rumah kehabisan. Kemudian saya memutuskan untuk pindah ke kota,” ucapnya.

Akhirnya dia memutuskan untuk pindah ke kediamannya sekarang sekaligus showroom dan rumah produksi di Jalan D.I. Panjaitan No. 81 Subang meski keterbatasan biaya.
“Dulu ketika awal pindah, kondisi rumah belum ada apa-apa, listrik dan air tidak ada. Untung pada saat itu saya dibantu oleh orang dari Dinas Sosial. Jadi setidaknya saya bisa mandi mencuci di situ,” ucapnya.

Perjuangannya mulai menunjukan secercah harapan. Bisnis sepatunya terus berkembang, bahkan membuat menarik perhatian dari luar negeri terkhusus negara jiran, Malaysia.

“Awalnya saya dihubungkan oleh salah satu pelanggan dari tonggoh dengan relasinya di Malaysia. Tidak lama ada dari Malaysia datang ke sini dan membeli sepatu saya,” ujarnya.

0 Komentar