Solihin Fuadi, Direktur Eksekutif SCF ditemui di lapangan ketika memasang kamera trap bersama dengan Mayor Inf. Wisnu Broto mengatakan bahwa trend di Sanggabuana memang setiap puncak musim kemarau macan tutul jawa sering turun memangsa ternak warga yang berada di area penyangga.
“Ini sudah kejadian yang kesekian kalinya di Desa Wargasetra. Kebiasaan masyarakat memang membuat kandang di kebun atau ladang di pinggiran hutan. Ke depan kami akan meminta bantuan dari Pemkab atau BBKSDA Jabar untuk membuatkan kandang halau buat para peternak supaya ternaknya aman dari serangan karnivora besar,” kata Solihin.
Muhtar, pemilik domba yang dimangsa satwa liar Sanggabuana ini mengatakan bahwa jumlah dombanya ada Delapan ekor, dan yang dimangsa ada Lima ekor.
Baca Juga:Polemik Pasutri Ngaku Disekap di Kamboja, Statusnya Pekerja Migran Indonesia BermasalahPT. Pos Indonesia Cabang Subang Distribusikan Bantuan Beras ke 181.532 KPM
“Sebelumnya kandang dombanya ambruk sudah lama, jadi domba saya iket di patok di lahan terbuka. Kira-kira pukul 3 pagi, ada suara mengeong seperti kucing besar, saya baru berani nyamperin setelah subuh, dan domba Empat ekor sudah mati luka-luka, satu hilang, dan sisa tiga ekor saja,” terang Muhtar.
Solihin setelah melakukan ground check bersama pasukan Denharrahlat Kostrad tidak berani menyimpulkan satwa jenis apa yang memangsa ternak warga, karena warga baru melapor tanggal 20 September, padahal kejadiannya tanggal 8 September. “Jejak di lapangan sudah hilang, hanya menyisakan sisa-sisa darah yang sudah mengering. Jadi bisa kita simpulkan nanti setelah ada hasil dari kamera trap,” tambah Solihin.(use/ery)