oleh :
Endang Pinasti, S.Pd. (Guru Penggerak UPTD SD Negeri 2 Bumiharjo Kabupaten Lampung Timur)
Implementasi kurikulum merdeka lebih pada penerapan strategi pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk aktif belajar sesuai dengan lingkungan dan situasi nyata yang saat ini terjadi. Strategi pembelajaran ini sangat cocok untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berfikir kritis, kreatif dan inovatif. Pembelajaran kontektual peserta didik lebih peka terhadap permasalahan sosial yang ada di sekitarnya, mereka berupaya untuk mencari solusi atas permasalahan yang ditemui. Pengamatan dan eksplorasi peserta didik mampu menemukan berbagai pengetahuan secara langsung dan menemukan permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari seperti persoalan sampah.
Persoalan sampah menjadi salah satu masalah yang sangat penting untuk diselesaikan saat ini, utamanya sampah plastik yang kian hari kian menumpuk dan mengotori bumi. Berbagai produk menggunakan plastik sebagai kemasannya menjadi penyebab semakin banyaknya sampah plastik dari rumah tangga maupun industri. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya dan belum adanya tempat-tempat untuk daur ulang sampah juga menambah masalah dalam penanganan sampah.
Baca Juga:Ekoenzim Produk P5, Solusi Sampah untuk Hidup BerkelanjutanDPRD Kebut Raperda Pengembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Pengalaman dengan melihat dan mengamati langsung, bagaimana persoalan sampah sangat penting untuk diselesaikan peserta didik diarahkan untuk sejak dini memiliki kesadaran mencintai dan peduli dengan lingkungan. Mengenal dan mengidentifikasi berbagai jenis sampah dan sifatnya. Pemilahan sampah organik dan non-organik agar dapat diolah dengan baik dan tidak mencemari lingkungan. Peserta didik juga belajar mencari solusi penangan sampah plastik dengan membuat produk olahan sampah plastik.
Pembuatan produk kerajinan yang berasal dari sampah plastik membutuhkan keterampilan khusus agar produk yang dihasilkan berkualitas dan dapat memberikan manfaat. Peserta didik tingkat sekolah dasar sebaiknya menggunakan prosedur yang sederhana agar peserta didik dapat membuatnya secara mandiri dengan bimbingan guru. Salah satu produk olahan sampah plastik yang bisa dibuat peserta didik dengan mudah dan murah adalah ecobrick. Alat dan bahannyapun mudah diperoleh di lingkungan sekitar.
Apa itu ecobrick? Ecobrick berasal dari dua kata dalam bahasa Inggris, yaitu “ecology” dan “brick”. Di mana ecology menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan (kondisi) alam sekitarnya (lingkungannya). Adapun brick berarti bata, batu, batu merah/tembok. Dua kata ini jika digabungkan menjadi “ecobrick” dapat diartikan bata ramah lingkungan. Disebut “bata” karena ia dapat menjadi alternatif bagi bata konvensional dalam mendirikan bangunan.