Sayangnya, teori trikonnya Ki Hajar Dewantara, tak nampak dalam praksis pendidikan kita.
Lalainya sektor pendidikan menguatkan empat kepekaan, delapan (8) tanggungjawab serta tak menerapkan teori trikonnya Ki Hajar Dewantara bisa jadi hanya akan melahirkan anak-anak harimau seperti siswa pelaku perundungan.
Bukan-anak yang berbudi dan mampu berdialog dengan sesiapapun dengan percaya diri dan penuh kreatifitas.
Baca Juga:Rekomendasi Nama Kucing, Lucu, Unik dan Lembut! Pasti CocokHarga Dry Food Kucing 2023, Berikut 4 Rekomendasi Terbaik Bulan Ini
Pendidikan yang merdeka sejatinya adalah melahirkan manusia berbudi yang menghormati kemanusiaan siapapun.
Sebab penghargaan terhadap nilai kemanusiaan sejatinya adalah penghormatan terhadap kemanusiaannya sendiri.
Sifat binatangisme pada prakteknya ada pada setiap diri kita. Dikehidupan sosial kita, sifat binatangisme itu, seringkali muncul dan menjelma menjadi kebuasan dalam bentuk anarkisme, kebrutalan dan kebuasan tindakan.
Sifat buas dan brutal tindakan tersebut, kadang lahir dari persoalan sepele dan remeh-temeh. Mewujud binatang buas dalam bentuk manusia. Seperti kilahnya Margio.
Mungkin kita harus membaca novel Mochtar Lubis, “Harimau! Harimau!” pada dialog Pa Haji dan Buyung.
“Sebelum membunuh harimau liar, engkau harus membunuh harimau di dalam dirimu” kata Pak Haji. (Kang Marbawi, 30.09.23)