Ki Hajar Dewantara memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan.
Metode Pendidikan Taman Siswa merupakan gabungan perspektif Barat dengan budaya nasional. Ki Hajar Dewantara juga mengingatkan para pendidik untuk tetap terbuka namun tetap waspada terhadap perubahan yang terjadi, “waspadalah, carilah barang yang bermanfaat untuk kita, yang dapat menambah kekayaan kita dalam hal kultur lahir atau batin. Jangan hanya meniru. Hendaknya barang baru tersebut dilaraskan lebih dahulu”. Ki Hajar Dewantara menggunakan ‘barang-barang’ sebagai simbol dari tersedianya hal-hal yang dapat kita tiru, namun selalu menjadi pertimbangan bahwa Indonesia juga memiliki potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.
Patrap triloka
Salah satu ajaran Ki Hajar Dewantara adalah Patrap Triloka berisi tiga semboyang yaitu “Ing ngarsa sung tulodo, ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani.” Semboyang ini bermakna, “Di depan memberi teladan, di tengah memberi semangat, dan di belakang memberi dorongan.” Konsep tersebut masih sangat relevan diterapkan dalam dunia pendidikan nasional saat ini.
Baca Juga:Setiap Penerima Bantuan PKH di Karawang Diminta Rp50.000, Tim Saber Pungli Langsung Selidiki Pemdes Mulyasejati Karawang Gelar Hajat Bumi Lestarikan Budaya Sunda
Kaitannya dengan hal tersebut pendidik/guru sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya mampu memberikan teladan, memberikan motivasi dan dukungan kepada peserta didik agar mampu mengembangkan potensinya sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya. Sebagai pendidik guru memang sudah dipandang sebagai teladan bagi masyarakat.
Penting bagi guru untuk meningkatkan potensi diri menjadi pribadi yang berkarakter Profil Pelajar Pancasila sehingga mampu menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat di sekitarnya.
Keteladanan yang diberikan guru tentang nilai kebaikan pada dirinya akan memotivasi peserta didik menerapkan nilai tersebut dalam kehidupan bermasyakat. Secara tidak langsung guru mewariskan nilai-nilai kebaikan kepada peseta didiknya sehingga nilai kebaikan yang ada di masyarakat terus lestari dan membudaya.
Konsep belajar tiga dinding
Konsep ini mengacu pada bentuk ruang sekolah yang rata-rata memiliki empat dinding. Ki Hajar Dewantara menyarankan, ruang kelas hanya dibangun dengan tiga sisi dinding, sedangkan satu sisi lainnya terbuka.