Salah satu pengalaman menarik pria yang pekerja keras tersebut adalah setiap mau berhenti kerja, selalu saja ada beberapa teman yang menunjukkan empati plus menakut-nakuti. “Aqua, kamu kalau tidak bekerja sebagai karyawan, tidak akan dihormat siapapun,” ujar mereka senada.
Merespons mereka, Dr Aqua Dwipayana mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Diiringi dengan jawaban, “Saya tidak dihargai siapapun, sama sekali ngga masalah. Terpenting mendapat penghargaan dari Allah Swt. Itu yang paling utama dan hakikih bagi saya.”
Dirinya meyakini plus pengalaman pribadi, seseorang dihargai oleh orang lain bukan karena jabatan, pangkat, kekayaan, kecerdasan, wajah, dan hal lainnya yang terkait dengan duniawi. Namun penyebabnya dua hal utama yakni bagaimana menghargai diri sendiri dan orang lain secara universal.
Baca Juga:Samsung Galaxy S23 FE: A Flagship Phone for a Fraction of the CostIni Asli! Jual Duit Logam 1000, Kamu Bisa Kaya Mendadak
“Selama 35 tahun bahkan jauh sebelum itu, saat masih sekolah, saya telah merasakan hal tersebut. Makanya setiap berhenti bekerja sebagai karyawan termasuk total mandiri, saya sama sekali tidak khawatir. Yakin punya Allah Swt. Sangat meyakini Allah Swt akan selalu memberikan rezeki dan pertolongan saat saya membutuhkannya,” ujar Dr Aqua Dwipayana.
Keyakinan Staf Ahli Ketua Umum KONI Pusat itu makin bertambah kuat dengan telah ditetapkannya rezeki seseorang di Lauh Mahfudz. Itu terjadi jauh sebelum alam semesta ini terbentuk, tepatnya sekitar 50 tahun sebelum Allah Swt menciptakan langit dan bumi.
Jadi, lanjut Dr Aqua Dwipayana, sebelum manusia lahir di bumi ini, Allah Swt sudah menetapkan rezekinya. Perhitungannya detil dan akurat. Tidak akan tertukar dengan orang lain.
Juga, kata anak bungsu dari lima bersaudara ini, yang terpenting secara konsisten melakukan tiga hal. “Menjaga hati selalu bersih, komunikasi yang baik sama semua orang, dan tetap berpikir positif,” kata pria asal Kota Padang, Sumatera Barat ini menegaskan.
Maka, jangan melihat Dr Aqua Dwipayana saat ini, sosok mapan, mandiri, berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Dengan cucuran keringat dan air mata, pria yang gigih dan ulet ini bisa menyelesaikan kuliah S1 di Universitas Muhammadiyah Malang. Kuliah sambil bekerja sebagai wartawan di berbagai media.