Oleh: Endang Pinasti, S.Pd.
Guru Penggerak UPTD SD Negeri 2 Bumiharjo
Di era Pendidikan saat ini guru bukan hanya berkewajiban mengajar di dalam kelasnya saja, namun guru dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman, menjadi pribadi yang tangguh dan berkarakter sebagai bekal untuk menuntun peserta didik menjadi pribadi yang beriman bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, gotong royong, mandiri, kreatif, dan bernalar kritis. Cita cita mulia guru dapat terwujud bila guru memiliki kemampuan untuk mengembangkan pembelajaran sesuai dengan minat, bakat dan karakteristik peserta didik. Mengusai dan menerapkan berbagai strategi dan pendekatan pembelajaran agar peserta didik mampu mengembangkan dirinya dalam pembelajaran yang lebih bermakna.
Ki Hajar Dewantara mengatakan “Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anak-anak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya maupun hidup kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman. Sementara itu, segala bentuk, isi dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan penghidupannya seperti demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan” (Ki Hadjar Dewantara, 2009, hal. 21). Ide besar beliau bahwa pendidikan hendaknya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi dirinya dan menjadi anggota masyarakat. Pendidikan harus disesuaikan dengan kodrat alam, kodrat zaman, sesuai dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan serta nilai-nilai kemanusiaan,artinya pembelajaran di dalam kelas harus disesuaikan juga dengan kehidupan di masyarakat.
Konsep “Kelas Tiga Dinding” adalah salah satu konsep pembelajaran yang disarankan Ki Hajar Dewantara dalam mempersiapkan peserta didik untuk siap hidup dalam masyarakat. Secara umum kelas, tersusun atas empat dinding yang berbentuk persegi ataupun persegi panjang. Sehingga membentuk satu bangunan utuh yang digunakan peserta didik untuk belajar. Namun, makna kelas tiga dinding yang dilontarkan Ki Hajar Dewantara memiliki makna yang lebih dalam dan perlu dipahami lebih lanjut untuk menemukan arti yang relevan.
Baca Juga:Pembangunan Berkelanjutan: Penyelamat Generasi yang Akan DatangPerlukah Guru Mengikuti Kegiatan MGMP?
“Kelas Tiga Dinding” yang digambarkan oleh Ki Hajar Dewantara mempunyai makna keterbukaan ilmu. Kelas yang dibangun atas tiga dinding akan menyisakan satu sisi yang kosong. Bagian yang tak berdinding inilah yang bisa dimanfaatkan oleh peserta didik untuk melihat hal-hal lain di luar sekolah. Melalui celah ini pula akan menjadi penghubung antara dunia sekolah dan dunia di luar sekolah. Sehingga pengetahuan yang didapatkan oleh peserta didik menjadi seimbang dan sesuai dengan kehidupan di masyarakat.