Keterampilan yang dipelajari siswa dalam pelaksanaan P5 tidak selamanya dapat diukur dari hasil karya siswa. Misalnya keterampilan siswa untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, dan bekerja sama dapat diukur dari proses yang dilakukan oleh siswa selama pembelajaran projek berlangsung. Selain itu, yang perlu diperhatkan dalam pembelajaran projek adalah setiap siswa memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Ada siswa yang lebih senang menghasilkan karya, namun ada pula yang lebih senang belajar melalui diskusi atau metode konvensional.
Penilaian projek P5 selain dengan panen karya misalnya dapat dilakukan dengan menekankan bahwa proses yang dilalui siswa dalam menyelesaikan projek lebih penting daripada hasil karya yang dihasilkan. Penilaian proses ini dapat dilakukan dengan melihat bagaimana peserta didik melakukan kegiatan projek. Proses yang dilalui siswa dalam menyelesaikan projek, seperti kerja sama dalam kelompok, berlatih berpikir kritis, dan memecahkan masalah, merupakan hal-hal yang sangat penting untuk dilatih.
Selain itu, guru dapat menggunakan penilaian protofolio, yaitu dengan mengumpulkan berbagai dokumen yang menunjukkan proses dan hasil belajar siswa, misalnya jurnal, laporan, dan karya tulis. Di akhir kegiatan P5, siswa dapat diminta untuk melakukan penilaian diri. Penilaian diri ini dapat dilakukan dengan meminta siswa untuk menilai diri mereka sendiri tentang apa yang telah mereka pelajari dan dicapai dalam projek yang dilakukan.
Baca Juga:Pj Bupati Purwakarta Bersyukur Panen Raya di Tengah El NinoTingkatkan Inflasi karena Harga Pangan Terus Meningkat, Pemkab Karawang Lakukan Operasi Pasar Murah
Penilaian projek P5 yang sesuai dapat membantu guru untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu mengembangkan karakter pelajar Pancasila. Oleh karena itu, guru perlu memahami tujuan pembelajaran, keterampilan yang dipelajari, dan kebutuhan siswa dalam menentukan penilaian projek P5 yang akan dilakukan. Keberhasilan projek P5 tidak hanya ditentukan oleh hasil karya yang digelar, tetapi juga oleh proses yang dilalui siswa. Karya tidak selalu dapat diukur secara kuantitatif. Beberapa projek P5, seperti projek yang berfokus pada pengembangan karakter, tidak selalu menghasilkan karya yang dapat diukur secara kuantitatif. Contohnya misalnya dalam proyek tentang lingkungan, siswa melakukan kegiatan untuk menjaga lingkungan, seperti membersihkan sampah di lingkungan sekolah atau lingkungan sekitar rumah. Proyek ini dapat mengembangkan karakter siswa yang peduli lingkungan, gotong royong, dan memiliki tanggung jawab sosial yang tentunya tidak dapat dinilai secara kuantitatif. .Meskipun demikian, bukan berarti projek P5 tidak boleh menghasilkan karya. Sah-sah saja jika sekolah berkeinginan untuk mengadakan panen karya. Karya tentunya dapat menjadi salah satu cara untuk menunjukkan hasil belajar siswa. Namun, yang perlu dipahami oleh guru adalah bahwa karya tidak selalu menjadi indikator keberhasilan projek P5.(*)