PASUNDAN EKSPRES – 22 Oktober 2023, menjadi saksi bisu Hari Santri Nasional, sebuah perayaan yang menggelora di tengah-tengah pesantren-pesantren di seluruh Nusantara.
Namun, perayaan tahun ini tidak hanya semata-mata tentang mengenang jasa-jasa para santri di masa lalu yang mempertahankan tanah air dengan senjata.
Tidak, zaman telah berubah, dan pesan yang diusung oleh seorang H. Sa’dulloh, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyyah, adalah jauh lebih intelektual.
Baca Juga:7 Uang Kuno Termahal di Indonesia 2023 TerbaruSimak Obat Herbal Infeksi Saluran Kencing dr Zaidul Akbar, Paling Ampuh!
Seorang santri di zaman sekarang tidak perlu lagi mengangkat senjata api, membuat bambu runcing, atau senjata tajam lainnya untuk berjihad.
Zaman sekarang, jihad santri adalah perjuangan dengan buku dan pena.
Bukan senjata tajam yang mereka genggam, melainkan ilmu dan pengetahuan yang mereka kuasai.
“Santri harus berjihad dengan buku dan pena. Ini berarti datanglah ke sekolah tepat waktu, hadiri pengajian dengan tepat, lakukan sholat malam dan tahajud dengan penuh kesungguhan. Jangan bolos-ngajinya. Intelektualitas santri harus terus meningkat dan berkembang,” ungkapnya dengan penuh semangat, Ahad (22/10/2023).
Dalam pandangan H. Sa’dulloh, jika para santri ingin benar-benar memaknai Hari Santri Nasional dan menjalankan jihadnya, mereka harus mengikuti jejak dan nasihat para kiai. Kiai-kiai kita, para penguasa ilmu, telah memberikan contoh teladan yang berharga. Mereka telah meluangkan waktu yang panjang untuk mencari ilmu, bukan sekadar belajar teori, tetapi juga mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Ilmu tidak hanya menjadi harta intelektual yang disimpan di kepala, melainkan sesuatu yang harus diamalkan. Dan untuk menjadikannya amalan, dibutuhkan pembiasaan. Para santri tinggal lama di pesantren bukan semata-mata untuk menumpuk pengetahuan, melainkan agar mereka terbiasa dengan sholat berjama’ah, hidup sederhana, tidur dalam keterbatasan, dan makan dengan menu yang sederhana.