PASUNDAN EKSPRES – Berapa lama baterai pada mobil listrik kuat bertahan? Mungkin itu yang menjadi pertanyaan kamu? Simak penjelasan ahli di sini.
Toyota membuka tirai kehadiran mobil listrik bZ 4X dengan meriah di pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2022 yang digelar di ICE BSD, Tangerang, Banten, pada Kamis (11/8/2022).
Mobil ini adalah wujud komitmen Toyota dalam mengembangkan industri kendaraan listrik di Indonesia.
Baca Juga:AHY Digadang-gadang Jadi Menteri Pertanian Bahas Apel MalangHari Ini Jokowi Lantik Menteri Pertanian dan Kepala Staf Angkatan DaratÂ
Direktur Marketing PT Toyota Astra Motor (TAM), Anton Jimmi Suwandy, memberikan sorotan pada salah satu aspek utama dalam perkembangan mobil listrik, yaitu ketahanan dan pengelolaan baterai.
Anton menegaskan bahwa pemahaman akan umur baterai memiliki peran penting dalam mendorong industri mobil listrik ke depan.
“Umur baterai pasti menjadi pertimbangan pelanggan,” ungkap Anton di Tokyo, Jepang, pada Selasa.
Dalam konteks umur baterai pada mobil listrik, baik itu Battery Electric Vehicle (BEV) maupun hybrid, Anton menjelaskan bahwa baterai mobil listrik secara umum dapat bertahan setidaknya selama 10 tahun.
Namun, masa pakai baterai sangat bergantung pada pola penggunaan dan perawatan oleh pengemudi.
Dengan pemakaian dan perawatan yang baik, baterai dapat bertahan lebih lama.
“Rata-rata umur baterai 10 tahun, namun bisa lebih, tergantung pemakaian,” terang Anton.
Baca Juga:144 Delegasi dari 6 Provinsi Hadiri Simposium BEMNUS di SubangAlat Bukti Penting Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Gagal Ditemukan Polisi
Mengenai harga baterai, Anton mengungkapkan bahwa satu unit baterai untuk kendaraan hybrid Toyota memiliki kisaran harga antara Rp30 juta hingga Rp40 juta.
Sementara itu, untuk mobil listrik tipe BEV, harga baterai bisa mencapai sepertiga hingga setengah dari harga mobil itu sendiri.
Anton menjelaskan bahwa tingginya harga baterai mobil listrik saat ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk ketidakstabilan biaya bahan baku dan kompleksitas teknologi yang mendorong biaya produksi tinggi.
Selain itu, produksi baterai mobil listrik belum mencapai skala ekonomi yang sama dengan produksi baterai mobil konvensional. Semakin banyak baterai yang diproduksi, semakin rendah biayanya.
Namun, Anton optimis bahwa industri mobil listrik masih dalam tahap pertumbuhan, dan ada potensi untuk mencapai biaya keseluruhan yang lebih ideal di masa depan.
Sebagai contoh, di Jepang, yang telah menjadi salah satu pelopor dalam teknologi mobil listrik, telah berhasil menekan harga baterai dengan daur ulang baterai rusak menjadi baterai refurbished.