PASUNDAN EKSPRES – Batu menangis merupaskan cerita rakyat dari provinsi Kaliamantan Barat yang mengingatkan kita untuk tidak pernah mengecewakan seorang ibu.
Batu menangis ini dapat kamu temukan di provonsi “Seribu Sungai” atau dikenal dengan Kalimantan Barat. Yang terdapat di Desa Jabar.
Awal Kisah Dari Cerita Batu Menangis Yang Menjadi Legenda
Terdapat seorang anak cantik namun mempunyai watak sombong, manja dan enggan untuk membantu sang ibunda.
Baca Juga:KAI Diskon 10% Untuk Kelas Ekonomi hingga Eksekutif. Cek Disini Untuk Dapatkan Diskonnya!Investasi Menggunakan Uang Koin: Peluang atau Risiko?
Demi menjaga kecantikannya agar tidak berubah, keseharian Darmi hanya diisi dengan mandi, menyisir, bersolek, dan berdiam diri dalam rumah.
Sangat berbeda sekali dengan sang ibunda yang bekerja keras dan banting tulang untuk menghidupinya. Tidak sekalipun ibunya pernah memikirkan tentang kulitnya yang menjadi hitam, bau keringat bahkan, panas-panasan di bawah terik matahari.
Setiap hari ibunya pergi ke ladang untuk mengurus kebun sayur, mulai dari menanam bibit, menyiram, memberi pupuk, memanennya dan menjual hasil panennya ke pasar.
Setiap ibu pasti menginginkan seorang anaknya tubuh dengan baik, mempunyai paras yang cantik, berhati lembut, sopan santun serta berbakti kepada kedua orang tuanya.
Namun, hal itu jauh dari Darmi seorang anak yang cantik rupanya namun tidak cantik hatinya, ia adalah orang yang pemarah serta pemalas dan enggan untuk membantu sang ibunda.
Pada suatu hari darmi dimintai tolong oleh ibunya untuk memasak, karna ibunya harus mengantarkan pesanan sayuran kepada pelanggan.
Ketika ibu pulang, Darmi masih di tempatnya dengan riasan dan belum selesai bersolek. Jangankan untuk memasak, kamarnyapun masih berantakan dengan baju-baju dan riasan yang ia miliki.
Baca Juga:Punya Uang Koin Rp100 Rumah Gadang Bisa Hubungi Nomor HP Kolektor Ini!Tempat Jual Uang Koin Di Tokopedia Aman Terpercaya, Buruan Cek Disini!
Saat ditanya, Darmi malah geram, karena ibu mengganggunya berdandan dan meninggalkannya kelaparan. Akhirnya ibu juga yang membuat makanan, kemudian membereskan kamar Darmi.
Bahkan untuk mengambil segelas air putih saja harus memanggil sang ibu, Tak pernah sekalipun Darmi mengerjakan pekerjaan rumah, apalagi berpanas-panasan di kebun sayur atau mengantar dagangan ke pasar di kaki bukit.
Namun, jika darmi menginginkan sesuatu ia akan merenget kepada sang ibu untuk membelikannya, dan jika ibu tidak mempunyai uang darmi akan marah besar! dan mengatakan ia menyesal dilahirkan oleh ibunya.