Langit yang berubah menjadi gelap dengan angin yang berhembus kescang membuat darmi dan para pemuda ketakutan. Tiba-tiba kaki darmi kaku dan berat.
Pada saat itupun darmi langsung menyadari bahwa ia terkena kutukan karna perbuatannya kepada sang ibu, Saat tubuhnya semakin berat, Darmi menangis ketakutan. Saking beratnya, tubuh Darmi tertarik ke tanah. Kini ia bersimpuh, menangis makin kencang.
Ia terus memanggil-manggil ibunya dan meminta maaaf atas semua perbuatannya, ibunya yang menghapiri darmi sambil menangis ketika melihat anknya yang menjadi batu. Batu tersebut terus menangis hingga beberapa lama.
Baca Juga:KAI Diskon 10% Untuk Kelas Ekonomi hingga Eksekutif. Cek Disini Untuk Dapatkan Diskonnya!Investasi Menggunakan Uang Koin: Peluang atau Risiko?
Oleh para pemuda, batu itu dipindah ke sisi tebing. Menghadap ke langit agar Darmi tak kesepian. Penduduk sekitar kemudian menyebutnya sebagai Batu Menangis.
Pesan Moral Dari Cerita Batu Menangis
Dari Cerita Batu Menangis, ada pesan moral yang dapat kita petik. Sebagai orang tua patut medidik anaknya untuk bersikat sopan santun terhadap orang yang lebih tua, salah satunya ibu.
Orang tua juga harus memberi pengertian mengenai nilai-nilai dalam menyikapi keadaan dan kondisi kehidupan.
Tanamkan juga etika dalam berpikir serta sikap sopan dan santun. Jika anak melakukan kesalahan, orang tua patut memberi teguran sebaik-baiknya. Agar anak juga paham hal-hal yang baik dan tidak baik maupun pantas dan tidak pantas.
Sebagai anak, kita harus menghormati orang tua apapun keadaannya. Segala bentuk kondisi dan kenyataan orang tua maupun keluarga kita adalah bagian dari diri kita juga.
“Menyayangi keluarga dan orang tua artinya menyayangi diri kita sendiri.”