Pemilihan Yogyakarta sebagai lokasi pengambilan gambar adalah salah satu cara untuk menggambarkan kenangan-kenangan itu dalam film Budi Pekerti.
“Saya menghadirkan film ini dengan proses syuting yang semuanya dilakukan di Yogyakarta. Hal ini karena saya ingin mengenalkan tempat masa kecil saya dan saya merasa orang-orang harus melihat karya yang sangat saya pahami dengan latar yang sangat menggambarkan sosok saya. Ada 40 titik lokasi di Yogyakarta yang semuanya merupakan kenangan masa kecil saya,” ungkap Wregas.
Menariknya, lokasi syuting yang digunakan sebagai sekolah tempat Bu Prani mengajar dalam film ini sebenarnya adalah SMP Wregas sendiri ketika ia masih tinggal di sana.
Baca Juga:Masyarakat Bersama Polsek Pabuaran Deklarasi Anti MirasTayang Mulai Hari Ini, Berikut Sinopsis Film Budi Pekerti, Film Besutan Sutradara Peraih Piala Citra
“Ini SMP saya, 2 guru yang ada di adegan memberikan kain jarik kepada Bu Prani mendekati scene akhir adalah guru BK asli saya,” ujar Wregas.
Salah satu adegan yang menjadi pemicu konflik dalam film ini, yaitu saat Bu Prani mengantre untuk membeli putu, juga terinspirasi dari kenangan masa kecil sang sutradara.
“Putu adalah makanan masa kecil saya, saya bisa membelinya sampai 30 buah dan menghabiskannya sendiri karena saking sukanya dengan jajanan tradisional tersebut,” tutur Wregas Bhanuteja sambil mengenang masa kecilnya yang menjadi inspirasi di balik kesuksesan film Budi Pekerti ini.
Film Budi Pekerti menjadi bukti bahwa dengan bakat dan inspirasi yang kuat, perfilman Indonesia dapat meraih prestasi luar biasa di dunia internasional.
Karya ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga cerminan kehidupan sehari-hari yang mampu menyentuh hati penonton dari berbagai latar belakang budaya.
Semoga kesuksesan Budi Pekerti menjadi inspirasi bagi sineas-sineas muda Indonesia untuk terus berkarya dan mengangkat nama Indonesia di kancah dunia.