Budi Pekerti telah mengadakan pemutaran khusus di Yogyakarta dan Bandung. Wregas dengan keyakinan menghadirkan penghormatannya kepada para guru tanah air melalui karya ini, dan ia berkata.
“Saya percaya diri karena sudah melihat reaksi penonton. Ada yang terharu, menangis, dan guru-guru yang mendatangi saya,” ujar Wregas Bhanuteja usai premiere dan konferensi pers film terbarunya.
Budi Pekerti juga dibuat sebagai wadah apresiasi kepada guru-guru yang telah menginspirasi Wregas untuk berkiprah dalam industri film.
Baca Juga:Gadis Kretek Mulai Tayang di Netflix, Kisah Emansipasi Dasiyah dan Cinta TerlarangMenceritakan Soal Guru dan Kritik Pengguna Media Sosial, Sosok Ini yang jadi Inspirasi Film Budi Pekerti
Wregas menyatakan, “Ada 2 guru yang menginspirasi saya untuk membuat film dan menjadi aktor. Kalau tidak ada guru BK, saya enggak akan jadi sutradara.”
Menghadirkan Keindahan Yogyakarta
Semua adegan dalam film Budi Pekerti direkam di Yogyakarta, menampilkan keindahan alam dari salah satu wilayah populer di Jawa Tengah ini.
Wregas memperlihatkan 40 lokasi di Yogyakarta yang digunakan sebagai lokasi pengambilan gambar.
Proses syuting berlangsung mulai November 2022 hingga Desember 2022, dan daerah tersebut juga menjadi latar belakang yang memukau dalam film ini.
Wregas merasa bangga dapat memperkenalkan destinasi wisata Indonesia ini kepada penonton di dalam dan luar negeri.
Semua lokasi yang menjadi latar dalam film Budi Pekerti adalah bagian dari kenangan masa kecil Wregas.
Mulai dari pasar tempat Bu Prani membeli kue putu, Tebing Breksi yang digunakan Bu Prani untuk merekam video senam.
Baca Juga:Pra Rekontruksi Kasus Pembunuhan di Subang, Peragakan 80 AdeganFilm Budi Pekerti Tayang Hari Ini di Bisokop, Raih Beragam Penghargaan
SMP tempat Bu Prani mengajar yang juga merupakan SMP tempat Wregas bersekolah, hingga keindahan alam lainnya di Yogyakarta yang membanggakan daerah itu.
Mengusung Pesan Penting tentang Penggunaan Media Sosial
Film Budi Pekerti bukan hanya sebuah karya seni, tetapi juga sebuah pengingat yang penting bagi penonton tentang bijaknya penggunaan media sosial.
Dalam film ini, Bu Prani mengalami viral di media sosial, dan hidupnya pun terancam oleh komentar-komentar negatif dan ujaran kebencian.
Tidak hanya dirinya yang terkena dampak, anak-anaknya pun berjuang untuk melindungi ibu mereka dari dampak buruk yang ditimbulkan oleh perilaku netizen.
Dalam kisah ini, Wregas menggambarkan netizen sebagai bencana yang memicu konflik.