oleh:
1.DR.Ibnu Hasan,M.S.I.( Dosen Prodi PAI Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah) )
 2.Drs.Priyono,MSi (Dosen Senior  Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Penasehat Takmir Masjid Al Ikhlas , Gudang,Sumberejo,Klaten Selatan)
Secara politis hijrah Rasulullah SAW bersama kaum muslimin menuju ke Madinah adalah strategi untuk membangun kejayaan peradaban kemanusiaan. Madinah dipilih sebagai tempat tujuan disebabkan kota tersebut sangat strategis dan dinamis dengan dukungan mayoritas penduduknya meski memiliki perbedaan latar kepercayaan.
Baca Juga:Persoalan Jabatan Kosong di Lingkungan Pemkab Karawang Tidak Tuntas, Disinyalir Ada Konflik KepentinganTerpilih Aklamasi, Kurniadi Nahkodai Organda Kabupaten Karawang
Ketika Rasulullah SAW sampai di Madinah, yang pertama kali dibangun adalah Masjid di Quba dan selanjutnya Masjid Nabawi di Madinah. Mengapa masjid menjadi prioritas awal dalam membangun peradaban kemanusiaan ? Karena dakwah Islam pada hakikatnya adalah aktifitas pembangunan manusia seutuhnya (insan kamil) melalui pendidikan yang holistik meliputi dimensi keyakinan (akidah), akhlak, ibadah hingga dimensi sosial, ekonomi, bahkan politik kenegaraan. Berbagai aktifitas pendidikan dilakukan di masjid oleh Rasulullah SAW sehingga melahirkan generasi terbaik seperti Abu Bakar, Umar bin Khathab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Bilal bin Rabbah, Abdurrahman bin Auf dan lainnya yang memiliki kecerdasan holistik dan tampil prima dihadapan publik sebagai pengawal peradaban. Masjid benar- benar berfungsi sebagai lembaga pendidikan yang handal, tidak sekadar berfungsi sebagai tempat melakukan aktifitas ritual khususnya shalat dan berdoa.
Perkembangan selanjutnya, masjid memiliki andil yang makin besar dan strategis dalam aktifitas Pendidikan. Aktifitas Pendidikan di masjid memiliki daya magnet publik hingga melahirkan kampus. Sejarah mencatat bahwa  Universitas Al Qarawiyyin yang dijuluki sebagai kampus tertua dunia di Fez, maroko lahir dari aktifitas intelektual masjid. Demikian pula Universitas Universitas Al-Qayrawwan dan Al-Zaituna di Tunisia, serta  Al-Azhar di Mesir. Dalam pandangan Djazman Al Kindi (alm), mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta Universitas menjadi bagian dari masjid bukan sebaliknya. Filosofi ini kemudian menumbuhkan pemikiran bahwa masjid harus dibangun di depan Kampus buka di tengah Kampus atau bahkan di belakangnya. Jadi posisi sebuah bangunan memiliki arti filosofis yang mendalam.