Pojokan 175, Gaza
Tak menyurutkan kutukan, walau Gaza pernah menjadi pusat penting Pentapolis Filistin (liga lima kota) pada zaman sebelum Masehi.
Tak pernah damai, seolah menjadi taqdir Gaza.
Sejarah panjang Gaza sejak Daud hingga Simson (Samson) putra Monoah seorang Jewis, bermusuhan dengan penduduk Filistin, walau kekasihnya Delilah adalah orang Palesstin.
Pernah diperintah oleh raja Israel seperti Daud dan Asyur, Mesir, Babilonia dan Persia. Pada zaman perang Dunia I, Gaza di bawah kekuasaan Turki Ottoman, hingga perang Arab Israel tahun 1948. Gaza selalu dirundung peperangan.
Baca Juga:Link Download DCT Caleg Kabupaten Purwakarta Pemilu 2024Presiden Jokowi Groundbreaking Pembangunan PLTS PLN 50 MW di IKN Nusantara, Hadirkan 100% Energi Bersih
Paska Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendeklarasikan Palestina masuk wilayah Arab. Tanah Palestin adalah tanah yang dijanjikan bagi Israel.
Melahirkan gerakan Zionisme. Pun tanah Palestin adalah bumi pertiwi bagi rakyat Palestin.
Gaza dan Tepi Barat menjadi penanda perebutan dan sejarah panjang konflik.
Tiga agama samawi bertemu di Bayt Al Maqdis.
Opsi dua negara Israel-Palestin. Faksi-faksi yang bertikai menjadi bukti kutukan lingkaran konflik yang menyelimuti Gaza. Gaza dan Tepi Barat tak pernah benar-benar damai.
Perjanjian damai itu, belum tuntas dan tak sepenuh hati. Selalu ada upaya untuk mengintimidasi di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Menjadi kuru setra antara pemuda Palestin dengan ketepelnya melawan tantara yang melindungi perluasan pemukiman warga Israel.
LIHAT JUGA:
Tak lupa menggusur rumah-rumah warga Palestin.
Gaza dan Tepi Barat tak pernah lekang dari konflik.
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.