KOTA BANDUNG-Ketua Komisi A DPRD Kota Bandung Rizal Khairul menyebutkan, Indonesia Emas 2045 merupakan momentum bersejarah, karena Bangsa Indonesia genap berusia 100 tahun atau satu abad sejak Kemerdekaan Indonesia pada 1945.
Maka, sambungnya, untuk menyongsong suksesi Indonesia Emas 2045, kompetensi dan peran para generasi muda sebagai calon pemimpin bangsa perlu dipersiapkan agar mendapatkan bonus demografi dari misi besar Bangsa Indonesia tersebut.
Hal ini disampaikan Rizal saat menjadi pembicara dalam diskusi Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Manajemen Universitas Teknologi Digital, belum lama ini.
Baca Juga:Capres Harus Jujur dan Tepati Janji Kampanye, Begini Tanggapan Warga Subang!Anak Muda di Subang Kagumi Sosok Prabowo-Gibran
Dalam diskusi panel bertema “Menggali Potensi Sebagai Bentuk Kontribusi Mahasiswa untuk Mewujudkan Indonesia Emas 2045” tersebut, turut mengundang Ketua DPD KNPI Kota Bandung, Mochamad Edwin Khadafi sebagai narasumber lainnya.
“Pada tahun 2045, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi, yaitu jumlah penduduk 70 persennya berada dalam rentang usia produktif 15-64 tahun,” kata Rizal lewat rilisnya, Kamis (16/11).
Namun, kata dia, bonus demografi juga bisa menjadi pisau bermata dua jika generasi muda saat ini tidak bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan di masa mendatang.
Bahkan, lanjutnya, jendela demografi bisa menjadi petaka atau kutukan demografi yang akan menghasilkan pengangguran massal dan menjadi beban negar, jika negara tidak melakukan investasi sumberdaya manusia sejak saat ini.
Rizal menuturkan, untuk bisa mewujudkan target Indonesia Emas 2045 sangat dibutuhkan sosok-sosok yang memiliki smart execution, smart leadership, dan strong leadership, yang berani dan pandai mencari solusi, dan punya nyali.
“Jadi yang harus dilakukan para mahasiswa sebagai calon para pemimpin bangsa ini adalah mulai menggali dan kerjakan apa yang menjadi potensi dalam dirinya sendiri,” ujarnya.
Saat ini, kata Rizal, banyak mahasiswa yang masih dilanda kebingungan terhadap potensi yang sebenarnya dimilikinya. Sehingga, tidak sedikit yang bersikap acuh tak acuh untuk bisa mengembangkan potensinya.
Oleh karena itu, dirinya berharap pola pikir mahasiswa tersebut harus mulai diubah dan diarahkan, agar potensi yang dimilikinya bisa mewujudkan sebuah inovasi positif yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, orang di sekitarnya, serta masyarakat luas.