Bentuk kepeloporannya bisa kita lihat pada bentuk perisai logo HMI.
Jika di awal saya bahagia atas rilis trailer dan poster film Lafran, sekarang saya justru khawatir apakah dengan dibuatkannya film itu merupakan tanda bahwa HMI sudah saatnya menjadi kenangan ? dan apakah bentuk perisai di logo HMI sebagai simbol semata ?
Pasalnya, di era keberlimpahan informasi saat ini, kepeloporan organisasi ini nampak memudar. Kemampuannya menjadi trendsetter dalam merespon isu nasional maupun global tidak nampak jelas.
Misal gerakan-gerakan kebangsaan seperti gerakan reformasi dikorupsi HMI tidak tampil sebagai inisiator, respon atas konflik israel palestina HMI tidak nampak jelas sikapnya selain membuat statement yang sama dengan mayoritas di media, isu lingkungan tentang perubahan iklim HMI kalah inisiatif dengan seorang anak SMA bernama Greta Thunburg, dalam dinamika politik nasional HMI malah terlihat condong dalam dukung mendukung salah satu paslon bahkan dalam promosi LK 1 gaya iklan HMI terkesan ikut-ikutan tren di sosial media.
Baca Juga:Dr Aep Saepudin dan Iwan Rudianto Jadi Staf Ahli Bupati Subang, Iwan Syahrul Kepala BP4D GIIAS Road To Bandung Dongkrak Transaksi Pembelian Kendaraan
Mudah-mudahan ini hanya sebatas kekhawatiran semata saya dan semoga kekhawatiran saya atas dirilisnya film Lafran tidak menjadi kenyataan juga bentuk perisai di logo HMI tetap mempunyai makna.
Untuk menjawab kekhawatiran yang saya sebutkan tadi, perlu komitmen dan keberanian yang kuat seperti yang ada pada diri Lafran juga Cak Nur. Akan tetapi saya bukan Lafran juga bukan Cak Nur yang superman. Bukan di era Orde lama juga Orde baru. Saya seorang supertim yang hidup di era keberlimpahan informasi.
Oleh karenanya sangat membutuhkan kerjasama kawan-kawan semua dalam mewujudkan kembali kepeloporan HMI dan kembali memberi makna pada bentuk perisai logo HMI sebagai Pelopor Kemajuan Bangsa
Indonesia.(*)