PASUNDAN EKSPRES – Pada 13 November lalu, sebanyak 200 juta telur nyamuk Wolbachia tersebar di wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng sebagai bagian dari program uji coba yang telah disetujui oleh Kementerian Kesehatan.
Program ini bertujuan untuk menanggulangi penularan Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
Meski mendapat persetujuan resmi, sebagian masyarakat Bali menunjukkan ketidaksetujuan terhadap program ini.
Baca Juga:3 Destinasi Seru di Senayan Park, Wajib Kamu Kunjungi7 Manfaat Buah Naga pada Bayi, Kaya Vitamin hingga Menguatkan Tulang
Hartini Hidayat, warga Denpasar Barat, mendesak perlunya uji coba sebelum nyamuk Wolbachia dilepaskan ke masyarakat.
Ia merujuk pada informasi dari media sosial seperti YouTube dan TikTok yang menyuarakan potensi dampak jangka panjang, bahkan menyebut kemungkinan munculnya pandemi.
“Saya berpendapat bahwa uji coba harus dilakukan terlebih dahulu sebelum nyamuk Wolbachia dilepaskan. Informasi yang saya dapat dari YouTube dan TikTok mengindikasikan bahwa penyebaran nyamuk ini bisa memiliki dampak signifikan, bahkan mungkin memicu pandemi lebih besar dari Covid-19 yang pernah terjadi,” ujar Hartini kepada wartawan.
Namun, Diana Suciawati, seorang ibu dengan dua anak perempuan, mendukung kelanjutan program ini di Bali dengan merujuk pada keberhasilan serupa di Yogyakarta.
“Jika tidak ada efek buruknya, saya rasa patut dicoba, terutama jika sudah ada hasil positif seperti yang terjadi di Yogyakarta. Lebih baik mencoba untuk melindungi anak-anak, terutama di musim hujan,” tutur Diana.
Ketua Aliansi Pelaku Pariwisata Marginal Bali, I Wayan Puspa Negara, menyampaikan bahwa video yang viral di TikTok dan beredar di grup WhatsApp menimbulkan kebingungan dan keresahan.
Menurutnya, sebagai destinasi pariwisata, keberadaan ketakutan seperti ini harus dihindari.
Video yang memperbincangkan urgensi keterlibatan Indonesia dalam program uji coba Wolbachia, antara Prof Richard Claproth dan mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari, mengundang pertanyaan.
Baca Juga:Mengatasi Asam Lambung, Lengkap dengan Penyebab dan SolusinyaGIIAS Bandung 2023 Dibuka, Optimis Transaksi Tembus Rp 1 Triliun
Mereka mencurigai adanya agenda terselubung di balik penyebaran nyamuk Wolbachia, menyatakan potensi dampak negatif, termasuk kemungkinan munculnya penyakit Japanese Encephalitis dan dampak terhadap ekosistem yang dapat memicu pandemi.
Direktur Pusat Kedokteran Tropis dan peneliti World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta, dr. Riris Andono Ahmad, menjelaskan bahwa kasus DBD di Indonesia terus meningkat meskipun telah ada upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).