Kontroversi Penyebaran Nyamuk Wolbachia di Bali: Tantangan antara Harapan dan Kekhawatiran Masyarakat

Kontroversi Penyebaran Nyamuk Wolbachia di Bali: Tantangan antara Harapan dan Kekhawatiran Masyarakat
0 Komentar

Faktor perubahan iklim membuat habitat nyamuk Aedes aegypti semakin meluas. Ia menilai kebijakan pemerintah untuk menekan kasus DBD tidak cukup efektif tanpa adanya strategi pendamping, seperti penggunaan teknologi Wolbachia.

Wolbachia, sebuah bakteri yang ditanamkan pada nyamuk Aedes aegypti, bertujuan menghambat replikasi virus dengue dalam tubuh nyamuk.

Program uji coba ini telah berhasil menurunkan kasus DBD di Yogyakarta sebesar 77% dan angka rawat inap karena DBD sebesar 86%. Dr. Riris Andono Ahmad memastikan bahwa risiko teknologi Wolbachia dalam 32 tahun ke depan dapat diabaikan berdasarkan penelitian dan rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2021.

Baca Juga:3 Destinasi Seru di Senayan Park, Wajib Kamu Kunjungi7 Manfaat Buah Naga pada Bayi, Kaya Vitamin hingga Menguatkan Tulang

Kekhawatiran masyarakat terkait potensi penyakit Japanese Encephalitis dan dampak terhadap ekosistem di Bali dijawab dengan penjelasan bahwa nyamuk Aedes aegypti tidak menularkan penyakit tersebut.

Penggunaan Wolbachia juga telah berhasil mengurangi ketergantungan pada fogging atau pengasapan dengan bahan insektisida, yang dapat mencemari lingkungan.

Dalam hal keamanan, dr. Riris Andono Ahmad menegaskan bahwa Wolbachia tidak dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk ke manusia.

Bakteri ini hanya dapat bertahan hidup dalam sel serangga, dan uji coba di Yogyakarta telah menunjukkan bahwa manusia yang terpapar gigitan nyamuk Wolbachia tidak menunjukkan respons kekebalan terhadap bakteri tersebut.

Meskipun memahami kekhawatiran masyarakat, dr. Riris Andono Ahmad menekankan pentingnya sosialisasi yang baik agar masyarakat memahami program ini dengan baik.

Ia menyarankan agar pemerintah daerah dan para ahli memberikan penjelasan menyeluruh kepada masyarakat untuk menghindari dugaan bahwa pemerintah menyembunyikan informasi.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali, I Wayan Widia, mengungkapkan bahwa pihaknya belum mengetahui kapan program ini akan dilanjutkan setelah penundaan.

Baca Juga:Mengatasi Asam Lambung, Lengkap dengan Penyebab dan SolusinyaGIIAS Bandung 2023 Dibuka, Optimis Transaksi Tembus Rp 1 Triliun

Namun, mereka berkomitmen untuk melakukan sosialisasi ulang dan memastikan kondisi kondusif sebelum melanjutkan program ini.

0 Komentar