PASUNDAN EKSPRES – Gedung Sate, sebuah ikon yang sangat terkenal di Kota Bandung. Gedung ini bukan hanya merupakan kantor gubernur Jawa Barat, tetapi juga menjadi tempat museum yang khusus diresmikan pada tanggal 8 Desember 2017 oleh Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan.
Pembangunan Gedung Sate bertujuan sebagai simbol bersejarah Jawa Barat.
Museum ini, yang terletak di bagian timur Gedung Sate, menawarkan berbagai fasilitas sejarah seperti auditorium pemutaran film sejarah, interactive glass, virtual reality 3D, augmented reality pembangunan Gedung Sate, merchandise shop, edukator bersertifikasi, interactive floor, dan architarium.
Sejarah Unik Gedung Sate
Gedung Sate telah menjadi bangunan ikonik sejak masa penjajahan Belanda dengan gaya arsitektur yang unik dan mencerminkan nuansa kolonial yang kuat.
Banyak masyarakat yang mengunjungi gedung ini untuk meresapi sejarahnya.
Baca Juga:5 Cara Efektif untuk Meninggikan Badan Bagi RemajaCara Hilangkan Bekas Jerawat di Wajah Secara Alami, Berikut Sebabnya Berbekas
Pada 27 Juli 1920, pembangunan Gedung Sate Bandung dimulai dengan penempatan batu pertama oleh Johanna Catherina Coops dan Petronella Roelofsen.
Setelah empat tahun, pembangunan selesai pada bulan September 1924 dengan desain dari tim arsitektur Ir. J Gerber, Ir. Eh. De Rool, dan Ir. G. Hendriks, dengan saran arsitek Belanda Dr. Hendrik Petrus Berlage untuk menyatukan unsur tradisional Indonesia.
Gedung Sate memadukan arsitektur Indo-Eropa, gaya Renaisans Italia, konsep Moor Spanyol pada jendelanya, dan atap yang mengadopsi arsitektur Asia.
Ornamen di puncak gedung melambangkan biaya pembangunan sebesar enam juta gulden, sementara bagian atas pintu utama mengadopsi arsitektur Candi Borobudur.
Meskipun Gedung Sate mengalami beberapa kali renovasi, termasuk yang terakhir pada tahun 1986 hingga 1990, ornamen asli yang bernilai sejarah tetap dipertahankan.
Gedung ini menjadi bagian berharga dari warisan sejarah yang harus dijaga dan dilestarikan untuk generasi mendatang.