Pojokan 179, Perburuan

Pojokan 179, Perburuan, Kang Marbawi
Pojokan 179, Perburuan, Kang Marbawi
0 Komentar

Menjadikan pemburu yang diburu. Diburu karena ketidakpatutan dalam menjalani kuasa yang tak melayani dan tak mengabdi kepada nurani keadilan. Terjungkal pada label korup.

Perburuan kuasa adalah lumrah. Sebab Yang Maha Kuasa telah menyabdakan untuk menjadi Khalifah-penguasa yang memiliki kuasa. Kuasa yang bukan semena-mena. Kuasa yang nata dan nuntun.

LIHAT JUGA: 

 Pojokan 160, Warung Madura

Ada masa untuk setiap kuasa. Ada kuasa untuk setiap masa. Dan setiap masa dan kuasa selalu ada perburuan-kontestasi.

Disetiap perburuan ada muslihat.

Baca Juga:Sosialisasi Promo Hari Listrik Nasional, Tambah Daya Listrik Hanya Rp. 271.023Pojokan 178, Rokok “Mami Muda”

Kontestasi dan muslihat adalah bagian dari laku natural pemburu di lapangan perburuan kuasa.

Membentuk gerombolan pemburu menjadi aliansi untuk mendapatkan jatah perburuan.

Pemenang perburuan pada akhirnya terikat pada sentimen pemilik buruan-rakyat.

Di padang safana kuasa, hanya ada satu buruan yang disepakati yang dikontestasi diburu.

Dalam tubuh buruan itu, mengalir nadi nasib kesejahteraan, keadilan sosial, marwah bangsa, kedaulatan yang harus diperjuangkan.

Sementara adicitra buruan, hanya menjadi mahkota yang tak permanen.

Yang sewaktu bisa jatuh andai tak memahami aliran darah buruan.  Sebab perburuan akan terus ada.

Sejatinya, perburuan itu untuk mewujud pada perjuangan untuk mengalirkan nadi-nadi nasib pemilik buruan-rakyat.  (Kang Marbawi, 3.12.23)

0 Komentar