PASUNDAN EKSPRES- Berikut Sejarah Kapal Pinisi di Indonesia, Kapal Wisata Warisan Nenek Moyang.
Tetap, tentu! Kapal Pinisi merupakan warisan nenek moyang kita yang tak ternilai harganya. Sejarah maritim Indonesia terpancar jelas dari keberadaan megah kapal ini.
Dulunya, sejak 1500-an, kapal pinisi digunakan dengan sangat ahli oleh pelaut Konjo, Bugis, dan Mandar dari Sulawesi Selatan.
Baca Juga:Tema Google Doodle hari ini, 7 Desember 2023, menampilkan gambaran kapal pinisi5 Obat Diet di Apotik yang Aman untuk Menurunkan Berat Badan
Mereka mempergunakan kapal ini untuk mengangkut barang dalam perdagangan. Tapi lihatlah, kini kapal pinisi menjadi daya tarik utama di dunia wisata.
Kapal pinisi begitu khas di perairan dengan 7-8 layar dan 2 tiang utama di depan-belakang kapal.
Tidak hanya itu, keunikan kapal tradisional ini berasal dari kayu. Biasanya, empat jenis kayu dipilih untuk konstruksinya: kayu besi, kayu bitti, kayu kandole/punaga, dan kayu jati.
Di Sulawesi Selatan, tepatnya di Kabupaten Bulukumba, pembuatan kapal pinisi masih mengikuti tradisi nenek moyang.
Prosesnya terbagi dalam tiga tahap yang penuh makna. Tahap awal dimulai dengan pemilihan hari baik untuk mendapatkan kayu, sebagai simbol rezeki yang diharapkan.
Tahap kedua menghadirkan proses panjang dalam menebang, mengeringkan, dan memotong kayu yang akan dirakit menjadi bagian-bagian kapal. Tahapan ini memerlukan waktu berbulan-bulan.
Pada tahap terakhir, kapal pinisi diluncurkan ke laut setelah melalui upacara maccera lopi, yang mengharuskan adanya penyucian dengan menyembelih hewan.
Baca Juga:10 minuman diet yang bisa ditemukan di Indomaret beserta harganya, Murah Banget!Rekomendasi 4 Susu Diet dari Alfamart Wajib Anda Coba
Nilai filosofis dari proses ini mencakup kerja keras, kerja sama, keindahan, dan penghargaan terhadap alam. Karena itu, UNESCO mengakui kapal pinisi sebagai Warisan Budaya Tak Benda pada tahun 2017.
Kini, kapal pinisi telah bertransformasi menjadi destinasi wisata unggulan di Indonesia.
Mulai dari Kepulauan Raja Ampat hingga Labuan Bajo, bahkan telah muncul di Danau Toba, Sumatra Utara.
Kapal Pinisi Kenzo, misalnya, menjadi perwakilan pertama di Danau Toba dengan ornamen khas Suku Batak.
Ukiran gorga, identitas seni ukir khas Batak Toba, menjadi daya tarik utama. Kapal ini pun dilengkapi dengan fasilitas lengkap, cocok bagi 11 orang dengan 4 kamar tidur, toilet dalam dan luar, hingga mini bar.
Pengalaman berbeda bisa Sobat Parekraf rasakan di Danau Toba dengan Kapal Pinisi Kenzo.