Kemudahan (taysir)
Gaya pemikiran Gus Dur lainnya adalah kemudahan, ia sering berseloroh, “Gitu aja kok repot” simple, mudah dan tidak ribet, sesuai dengan prinsip ushul fiqh, “al-masyaqqatu tajlibu taysir”, dan pada hadits yassiru wala tu,assiru”.
Gaya berfikir seperti ini ia amalkan bahkan ia terapkan dalam mengelola negara, sebagaimana kesaksian Kristiarto mantan Dubes RI di Australia, dalam diskusi yang juga dihadiri oleh putri Gus Dur, Alissa Wahid itu, ia mengingat kalimat Presiden ke-4 Indonesia itu yang menyebut: “Seandainya warga tak memusingkan hal-hal kecil, maka negara ini sudah maju”.
“Gitu aja kok repot, padahal semuanya serba simpel. Jadi, jangan dibuat ribet,” tutur Kristiarto menirukan kalimat Gus Dur.
Kemanusian (insaniyah)
Baca Juga:Panwascam Subang Gelar Sosialisasi dan Dokumentasi Pengawasan LogistikTridjaya Group Beri Kontribusi untuk Atasi Stunting
Pemikiran Gus Dur berupaya mengankat nilai-nilai kemanusian, dengan dikaitkan pada nilai-nilai ketauhidan (agama) seperti tercermin dalam salah satu kata-kata hikmahnya yang sering ia lontarkan “Memuliakan manusia berarti memuliakan Penciptanya”, tanpa batas dan tanpa mempersoalkan perbedaan social, “Tidak penting apa pun agama atau sukumu.
Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk orang lain, orang tidak tanya apa agamamu.” Nilai-nilai kemanusian itu berkelindan dengan nilai persamaan, kesetaraan, keadilan dan kebebasan
Kejenakaan (zdarfah)
Pesan-pesan pemikiran Gus Dur terkadang digunakan dalam bentuk amtsal dan cerita-cerita yang lucu dan jenaka, seperti pengakuan Mahfud MD: “Gus Dur itu kadangkala memberi nasihat dan mengekpresikan sesuatu dengan humor dan orang tidak marah,” Hal ini diperkuat juga oleh AS.
Hikam Menteri Negara Riset dan Teknologi di era kepemimpinan Gus Dur ini mengatakan, selama mengenal sosok Gus Dur, ia sering mendengarkan Gus Dur berbicara dan diselingi dengan guyon.
Gus Dur, adalah seseorang yang sangat berbakat hingga bisa menyelipkan kritik dalam guyonnya. “Bukan satu dua hari, bahkan setiap hari pasti ada guyon. Gus Dur termasuk berbakat, maka guyonnya banyak,” Kesukaan Gus Dur terhadap humor mungkin karena ia produk pesantren.
Di dunia pesantren kehidupan santri dan kiai selalu dihiasi dengan humor. Sehingga hal yang rumit bisa diselesaikan di pesantren dengan cara humor. Humor oleh Gus Dur dijadikan sebagai kritik sosial, kritik kepada penguasa dan kritik diri sendiri.