Sejalan dengan itu, Ki Hadjar Dewantara memakai semboyan “Tut Wuri Hanadayani” (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, pendidik harus menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada ( di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan baik). Semboyan ini masih tetap dipakai hingga kini dalam dunia pendidikan dan terutama di sekolah-sekolah Taman Siswa.
Analisis Kritis
Menurut Ki Hajar Dewantoro, manusia memilki daya cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitik beratkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual saja hanya akan mejauhkan peserta didik dari masyarakatnya.
Ternyata pendidikan sampai sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan olah rasa dan karsa. Jika ini berlanjut akan menjadikan manusia kurang humanis atau manusiawi.
Implementasi Dalam Dunia Pendidikan
Perjuangan Ki Hajar Dewantoro terhadap pendidikan Indonesia membuat beliau layak di anugerahi gelar pahlawan pendidikan Indonesia.
Baca Juga:Analisis Kesesuaian Perubahan Kurikulum dengan Mata Pelajaran Geografi24 Ribu Rumah Tangga di Jabar Dapat Sambungan Listrik Gratis dari Pemerintah dan PLN
- Tidak berlebihan jika tanggal lahir beliau, 2 Mei diperingati sebagai hari Pendidikan Nasional untuk mengenang dan sebagai penyemangat bagi kita untuk meneruskan prakarsa dan pemikiran-pemikiran beliau terhadap pendidikan Indonesia.
- Ki Hajar Dewantara mempunyai semboyan tut wuri handayani, ing madya mangun karsa dan ing ngarsa sung tulada. Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan.
- Pendidikan yang humanis menekankan pentingnya pelestarian eksistensi manusia, dalam arti membantu manusia lebih manusiawi, lebih berbudaya sebagai manusia yang utuh berkembang ( menurut Ki Hajar Dewantara menyangkut daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif). Singkatnya, “educate the head, the heart, and the hand”
Tinjauan Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi
1. Tinjauan Ontologi
Ki Hajar Dewantara melihat manusia lebih pada sisi kehidupan psikologinya. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Dan ternyata pendidikan sampai sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan olah rasa dan karsa. Jika berlanjut terus akan menjadikan manusia kurang humanis atau manusiawi.