Sistem among memberikan ciri jiwa merdeka. Jadi, mengajar dengan system among yang pertama harus ditumbuhkan adalah mengenalkan, menanamkan,dan mewujudkan jiwa merdeka. Dengan jiwa merdeka, kreativitas dan imajinasi siswa akan muncul dan kelak menjadi bekal membangun Indonesia. Oleh karena itu, system among mengharamkan hukuman disiplin dengan paksaan/kekerasan karena itu akan menghilangkan jiwa merdeka anak. Sistem among dilaksanakan secara “tut wuri handayani”, bila perlu prilaku anak boleh dikoreksi (handayani) namun tetap dilaksanakan dengan kasih sayang.
Anak didik dibiasakan bergantung pada disiplin kebatinannya sendiri, bukan karena paksaan dari luar atau perintah orang lain. Seperti prinsip Ki Hajar Dewantara bahwa kita tidak perlu segan-segan memasukan bahan-bahan dan kebudayaan asing, dari manapun asalnya, tetapi harus diingat bahwa dengan bahan itu kita dapat menaikkan derajat hidup kita dengan jalan mengembangkan apa yang sudah menjadi milik kita, memperkaya apa yang belum kita miliki.
Referensi Pustaka
Dewantara, Ki Hadjar, 1954. Masalah Kebudayaan. Pertjetakan Taman Siswa, Jogjakarta.
Soeratman, Darsiti. 1985. Ki Hadjar Dewantara, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Sumaatmadja, Nursid. 2002. Pendidikan Pemanusiaan Manusia Manusiawi, ALFABETA, Bandung.
Tukiman Taruna, JC. 2010. Pendidikan yang Menggeli (sah) kan, Kompas, Senin,1 Maret 2010, hal. 7.
Sugiharto, Bambang I. (ed.), 2008. Humanisme dan Humaniora: Relevansinya bagi Pendidikan, Jalasutra, Yogyakarta.