Walau kadang plausible menjadi nasehat yang selalu diikuti.
Plausible yang mendukung pikiran negative dan distorsif.
Tak selalu benar, menunduk pada plausible yang seolah masuk akal.
Afirmasi selftalk yang positif kepada orang lain dan diri sendiri menjadi nasehat yang positif.
Nasehat diri yang manjur adalah nasehat yang jujur dan terbuka.
Penuh penerimaan terhadap kekurangan dan kepasrahan diri.
Juga keadaan yang menimpa.
Tanpa harus ber-apologie atau mencari alasan pembenaran diri.
Pun menyalahkan yang lain.
Atau membela kepentingan.
Nasehat yang manjur dari diri sendiri itu sederhana.
Tak terpuruk jika mendapat peristiwa yang menyakiti ego dan kedudukan.
Tak mencari alasan pembenaran dari sikap atau keputusan kita.
Padahal pikiran itu belum tentu benar dan hanya menutupi kekurangan diri.
Memunculkan karakter dan citra diri kita dihadapan publik.
Nasehat diri yang manjur hadir dari kepekaan spiritual.
Kepekaan spiritual yang diasah dari kepekaan sosial dan lingkungan.
Dilandasi kerendahan hati dan keterbukaan untuk menerima masukan dan keadaan.
Menghargai yang lain dan menguatkan kemanusiaan.
Kepekaan spiritual yang menguatkan kepekaan nurani.
Kadang plausible membebalkan nurani.
Nurani sejatinya harus dijaga agar bisa menerima nasehat diri yang manjur. (Kang Marbawi, 10.12.23)