Oleh: Nida Fitria, S.Mat
Mahasiswa pascasarjana di program S2 Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari, kita seringkali tanpa disadari menyaksikan perbedaan nilai dan norma yang mewarnai interaksi sosial. Misalnya saat kita melangkah ke dalam dunia kerja, kita menyaksikan kisah seorang profesional muda yang sedang mencari arti dari kesuksesan. Baginya, kesuksesan diukur dari kebebasan waktu dan keseimbangan hidup, sementara rekan kerjanya yang lebih senior mengukur kesuksesan dari prestasi dan kemajuan karier. Cerita ini mencerminkan perbedaan nilai generasi dan bagaimana perspektif individu terhadap kesuksesan dapat sangat bervariasi. Relativisme di sini muncul sebagai refleksi dari sudut pandang yang bersifat kontekstual terhadap pencapaian dalam karier.
Dari cerita kehidupan tersebut, kita dapat menarik kesimpulan bahwa relativisme menyiratkan bahwa nilai dan norma tidak bersifat mutlak, melainkan tergantung pada konteks dan perspektif masing-masing individu atau kelompok. Dalam kompleksitas kehidupan sehari-hari, relativisme mendorong kita untuk menghargai keragaman nilai dan norma sebagai aspek integral dari pengalaman manusia.
Relativisme itu sendiri adalah pandangan bahwa kebenaran, nilai, atau makna bersifat relatif dan bergantung pada konteks, budaya, atau pandangan subjektif. Dalam konteks pendidikan matematika juga pandangan relativis dapat mempengaruhi cara siswa memahami konsep matematika dan cara guru mengajarkannya. Pandangan ini dapat menyebabkan keragaman interpretasi terhadap konsep matematika dan mengurangi kesepakatan tentang objektivitas konsep matematika, yang pada gilirannya dapat menghambat upaya untuk mencapai pemahaman matematika yang mendalam.
Baca Juga:Memahami Proses Hukum: Bagaimana Teori Pengetahuan Mengambil Peran di Dalamnya?Diduga Cabuli Belasan Santri, Polisi Masih Buru Oknum Guru Ngaji
Dalam dunia matematika yang penuh dengan rumus dan angka, peran kebenaran objektif adalah memberikan fondasi yang kokoh bagi struktur ilmu ini. Mari kita telusuri perjalanan di dalam kelas matematika, di mana setiap hitungan dan rumus memiliki makna yang mendalam dan kebenaran yang dapat diukur.
Dalam perjalanan ini, konsep kebenaran objektif memainkan peran sentral. Ia adalah pilar yang menopang segala sesuatu yang kita pelajari. Sebagai siswa, kita diberi tahu bahwa 2 + 2 sama dengan 4, dan bahwa ini adalah suatu kebenaran yang berlaku di setiap tempat dan waktu. Ini bukanlah pandangan relatif atau tergantung pada sudut pandang individu; ini adalah kebenaran yang bisa diukur dan diuji secara konsisten.