PASUDNAN EKSPRES – Pemkab Subang raih penghargaan Resilience and Sustainable Industry dari kementrian Kementerian Perindustrian RI.
Penghargaan ini khusus diberikan pada Pemkab Subang sebagai terbaik 3 Pemanfaatan Kawasan Peruntukan Industri (KPI) dari Ditjen Ketahanan, Perwilayahan & Akses Industri Internasional (KPAIl).
Dalam laporannya, Direktur Jenderal Ketahanan Perwilayahan Dan Akses Industri Internasional (KPAII) Eko S.A. Cahyanto, SH, LL.M menuturkan Kementerian Perindustrian berkomitmen untuk terus meningkatkan daya saing sektor industri dalam negeri dengan menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan yakni dengan tren industri 4.0 dalam transformasi dan akselerasi menuju pembangunan industri berkelanjutan.
Baca Juga:Fasilitas Wisata Bukit Pamoyanan Kian Lengkap Sambut Musim Liburan Akhir TahunBina Keluarga Remaja Kampung KB Mandala Kabupaten Subang Didapuk sebagai Terbaik 1 Kelompok Percontohan Jawa Barat 2023
“Kita telah merancang langkah-langkah konkrit untuk memperluas pangsa pasar Internasional, diversifikasi produk, dan meningkatkan daya saing produk kita. Dengan demikian, kita berupaya memastikan bahwa Industri Nasional kita dapat bersaing di pasar global,” ungkapnya, pada Senin (11/12).
Kegiatan dilanjutkan dengan pengumuman pemenang, serta pemberian piagam dan plakat kepada dari 13 kategori, yang berasal dari Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Kawasan Industri, dan unsur perusahaan.
Dalam sambutannya, Dr. Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Perindustrian RI, M.Si, menyampaikan pemberian penghargaan tersebut agar selalu diadakan setiap tahun karena merupakan terobosan dalam public policy dalam sektor perindustrian di tanah air.
Agus juga menyampaikan pada kuartal III tahun 2023, sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan sebesar 5,20 persen (year-on-year), melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 4,94 persen pada periode yang sama.
Agus menyatakan untuk periode Agustus 2023, PMI manufaktur Indonesia ada di angka 53,39. Indeks menjadi yang tertinggi sejak Oktober 2021 atau 22 bulan terakhir atau hampir dua tahun atau ‘mencetak rekor’ sudah berada dalam fase ekspansif selama 24 bulan terakhir.
“Hanya ada dua di dunia yaitu Indonesia dan India,” ungkap Agus.
Agus menyebutkan, indikator-indikator tersebut menunjukkan masih kuatnya sektor industri dalam menopang perekonomian domestik Indonesia mengarah pada arah berlawanan dengan deindustrialisasi dini.
Baca Juga:Skandal Mesum Mahasiswa Unand di Kamar Masjid: Rektor Angkat BicaraTerbongkarnya Kasus Pernikahan Sejenis di Cianjur, Kepala Desa Ungkap Adanya Kehebohan Biaya Milyaran Rupiah
“Kami akan terus mengupayakan agar sektor manufaktur dapat semakin meningkatkan produktivitas dan daya saingnya, serta mendukung terciptanya peluang pasar yang semakin besar bagi produk dalam negeri, baik domestik maupun ekspor. Saat ini, isu terkait ESG (Environmental, Social, and Governance) dan industri hijau sudah menjadi perhatian yang penting. Bahkan, bila mencermati Leaders Declaration KTT G20 yang lalu, ada penekanan memperkuat implementasi ESG dan industri hijau,” tuturnya.