Flying Tea, Uji Adrenalin di Atas Kebun Teh Kampung Panaruban Cicadas

Flying Tea, Uji Adrenalin di Atas Kebun Teh Kampung Panaruban Cicadas
UJI NYALI: Flying Tea banyak dikunjungi oleh wisatawan untuk sekedar ingin menguji nyali terbang di atas kebun teh. YUGO EROSPRI/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

SUBANG-Menguji keberanian saat terbang di atas kebun teh, wajib dicoba wisatawan ketika berkunjung di Kabupaten Subang. Berlokasi di perbatasan kecamatan Ciater dan Segalaherang, Kampung Panaruban Desa Cicadas memiliki wahana paralayang yang disebut Flying Tea.

Dibuka sejak 2015, Flying Tea banyak dikunjungi oleh wisatawan dari Jakarta, Banten, Bandung, Bogor dan lainnya yang sekedar ingin menguji nyali terbang di atas kebun teh.

Warga Dangdeur, Subang Imah mengatakan, keseruan untuk menguji nyali di atas kebun teh, hal yang sangat ditunggu-tunggu olehnya.

Baca Juga:Suatu Studi Falsifikasi : Apakah Terdapat Penalaran Spasial yang Tidak Mempengaruhi Pembelajaran Geometri?Masjid Dan Pendidikan Multikultural

Flying tea yang berdekatan dengan area camping Sentiong, memudahkannya untuk terbang di pagi hari usai berkemah bersama teman-temannya.

“Kemping dulu, paginya langsung terbang mengitari kebun teh,” ujarnya.

Ia mengatakan, suasana alam yang indah bisa menjadi wahana flying tea, menjadi buruan masyarakat yang hendak menguji nyali.

Pengunjung lainya, Dimas mengatakan, harga Rp400 ribu sekali terbang dinilai masih murah, ketika ingin menikmati suasana alam dengan ketinggian yang bisa disesuaikan.

Ia berharap, di wahana flying tea juga diadakan buggy jumping, sehingga tidak hanya terbang diketinggian namun juga bisa turun dari atas ketinggian.

“Buggy jumping, kalau diadakan bagus juga di sini,” katanya.

Pengelola Wisata Flying Tea, Sofian mengatakan, wisata terbang di atas kebun teh tersebut, pengunjung harus memiliki keberanian ekstra saat hendak mencoba wahana tersebut. Pihak pengelola,menyiapkan pilot yang sudah terlatih, untuk membimbing pengunjung yang hendak mencoba wahana tersebut.

“Perlu keberanian, kita pun siapkan pilot terlatih agar pengunjung merasa aman,” jelasnya.

Sofian menjelaskan, wahana Paralayang tersebut pun sangat bergantung terhadap keadaan cuaca. Jadi, wahana belum tentu buka tiap hari. Terlebih kondisi hujan saat ini, yang membuat aktivitas terbang tidak bisa dilakukan.

Baca Juga:Reliabilisme: Teori Kebenaran dalam Filsafat Ilmu22 Desember 2023 hingga 2 Januari 2024, Mobil Angkutan Barang Dilarang Melintas

“Tergantung cuaca. Kalau musim hujan saat ini, kita tidak buka wahananya,” ujarnya.

Ia menambahkan, harga tiket Paralayang di bandrol dengan harga Rp400 ribu sekali terbang, sementara Camping di bukit santiong Rp50 ribu.(ygo/ery)

0 Komentar