PASUNDAN EKSPRES- Berikut Jangan Main HP Terlalu Lama atau Bisa Menurunkan Jumlah Sperma.
Penelitian baru-baru ini menyoroti hubungan antara kebiasaan menggunakan ponsel pintar dengan tingkat kesuburan pria. Dalam sebuah studi yang dirilis pada bulan Oktober, dilakukan eksplorasi terhadap pengaruh ponsel terhadap kesuburan pria, dengan temuan yang cukup mengejutkan.
Hasil studi tersebut mengungkap bahwa pria yang berusia antara 18 hingga 22 tahun dan menggunakan ponsel lebih dari 20 kali sehari memiliki risiko 21 persen lebih tinggi mengalami penurunan jumlah sperma. Lebih lanjut, dalam kelompok yang sama, pria yang menggunakan ponsel dengan frekuensi tersebut juga memiliki risiko 30 persen lebih tinggi terhadap konsentrasi sperma yang rendah, yang merujuk pada jumlah sperma dalam 1 mililiter air mani.
Baca Juga:Daftar Harga HP Xiomi Bulan Desember 2023Cara Membuat Cromboloni, Resep Terbaru yang Sedang Viral!
Namun, hasil yang menarik adalah bahwa pria yang menggunakan ponsel dalam rentang 1 hingga 5 kali sehari justru memiliki konsentrasi sperma yang lebih tinggi.
Tak dapat dipungkiri, ponsel telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Namun, penelitian mengungkap bahwa ponsel memancarkan medan elektromagnetik frekuensi radio tingkat rendah (RF-EMF) yang pada level maksimum dapat menyebabkan pemanasan jaringan sekitarnya hingga 0,5 derajat Celcius.
Efek gelombang elektromagnetik pada kesuburan pria telah menjadi topik kontroversial. Penelitian pada tikus menunjukkan bahwa RF-EMF dapat berkontribusi pada penurunan kesuburan pada tikus jantan, termasuk kematian sperma dan perubahan pada jaringan testis.
Studi observasional pada manusia juga menunjukkan keterkaitan antara penggunaan ponsel yang sering dengan penurunan viabilitas sperma dan pengaruh terhadap motilitas sperma. Namun, perlu diingat bahwa penelitian ini masih terbatas dalam skala yang cukup kecil.
Ahli urologi dari University of Utah, Alexander Pastuszak, menyatakan bahwa menarik kesimpulan definitif dari penelitian ini cukup sulit. Faktor-faktor lingkungan sehari-hari yang tidak termasuk dalam penelitian ini tidak boleh diabaikan. Pastuszak menyoroti bahwa tingkat stres juga dapat memengaruhi proses spermatogenesis dan produksi hormon.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa jumlah dan konsentrasi sperma bukanlah satu-satunya penentu kesuburan seseorang. Kualitas sperma menjadi hal yang lebih penting dalam menentukan kesuburan. “Yang terpenting adalah kualitas sperma. Dengan sperma yang berkualitas, peluang untuk memiliki keturunan tetap ada meskipun jumlahnya terbatas,” ungkap Pastuszak.