Teori Filsafat Ilmu dalam Menghindari Hoaks lewat Mengenal Sikap Kredulisme dan Pembuktian Abduksi

Teori Filsafat Ilmu dalam Menghindari Hoaks lewat Mengenal Sikap Kredulisme dan Pembuktian Abduksi
0 Komentar

Oleh:

Muhamad Asep Ridwan

(Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika UPI)

Ditengah maraknya isu politik, banyak sekali terjadi penyebaran hoaks. Sebagai masyarakat tentunya kita harus bisa memilih dan memilah setiap informasi yang beredar, karena bisa saja informasi yang beredar itu adalah bentuk propaganda. Oleh karena itu penting untuk masyarakat mengetahui caranya terbebas dan terhindar dari sikap mudah percaya (kredulisme).

Teori filsafat ilmu melibatkan pemeriksaan asumsi dasar, metodologi, dan implikasi praktik ilmiah. Filsafat ilmu berfungsi sebagai kerangka pemikiran yang kuat untuk menavigasi berbagai informasi dan membedakan fakta dari fiksi. Di era di mana misinformasi dan hoaks menjamur, terutama di media sosial, memahami prinsip-prinsip filsafat ilmu menjadi hal yang sangat penting.

Artikel ini menyelidiki bagaimana kerangka teoritis dari sikap kredulisme dan pembuktian abduksi dari sudut pandang filsafat ilmu dapat membantu menghindari hoaks. Ketika membahas mengenai menghindari hoaks, pengetahuan terhadap sikap kredulisme dan pembuktian abduksi dapat menjadi aspek penting. Mari kita bahas konsep-konsep tersebut:

1. Kredulisme

Baca Juga:Oknum ASN Diduga Sepelekan Tugasnya, Ucapkan Seleksi Hewan Ternak Hanya Nambah KerjaanInsan Pupuk Kujang Karawang Salurkan Bantuan Kemanusiaan ke Jalur Gaza

Kredulisme merujuk pada kecenderungan untuk mempercayai atau menerima informasi dengan bukti yang minimal atau tidak memadai atau bahkan langsung percaya meski tidak ada bukti. Hoaks sering kali berkembang karena sikap kredulisme orang yaitu sikap mereka untuk menerima informasi tanpa mengevaluasi kredibilitas atau bukti pendukungnya secara kritis. Sikap kredulisme ini sebenarnya baik jika diterapkan dibeberapa hal tertentu, misalnya pada konteks agama, khususnya dalam beberapa wahyu yang sulit dipahami logika, maka kita sebaiknya menggunakan sikap kredulisme. Contohnya tentang peristiwa isra miraj nya Nabi Muhammad SAW. Namun sikap kredulisme ini tidak baik jika diterapkan pada hal-hal yang masih bisa dicerna oleh logika. Ketika kita dihadapkan pada informasi yang bisa dicari pembuktian dan fakta pendukungnya, maka kita haruslah bersikap kritis, jangan mudah percaya begitu saja tanpa bukti yang kuat. Filsafat ilmu mendorong sikap skeptis dan pemikiran kritis. Sehingga diharapkan mendekati klaim dengan porsi skeptis yang sehat, menuntut bukti dan pengujian yang ketat sebelum menerima gagasan atau informasi baru.

0 Komentar