BAGI pecinta makanan pedas, pasti kurang lengkap kalau belum mengonsumsi makanan yang bercita rasa pedas.
Jika menemukan makanan yang tidak pedas, pasti mereka akan menambahkan saus, cabai bubuk, dan perasa pedas lainnya agar makanan tersebut bisa lebih nikmat untuk disantap.
Makanan dengan rasa pedas yang katanya nikmat itu, ternyata mampu mewakili amarah di setiap gigitannya. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab makanan pedas mampu mewakili dan juga memendam rasa marah. Sebelum lanjut ke faktor-faktor tersebut, kita cari tahu dulu apa itu rasa pedas.
Apa itu Rasa Pedas?
Baca Juga:Dinkes Sebut Kasus Positif Covid-19 Masih NihilPemdes Mekarwangi Adakan Pelatihan Produktifitas Pertanian
Seperti yang dilansir pada buku Kuliner Cita Rasa Pedas Dunia, disebutkan bahwa rasa pedas sudah lama dikenal di kalangan masyarakat. Pada awalnya, orang Jawa menggunakan kata ‘pedas’ untuk kalimat yang menyakitkan.
Akan tetapi, seiring berjalannya waktu mereka pun turut menghadirkan cita rasa pedas dalam makanan yang mereka sajikan. Seperti rasa asam, manis, asin, dan pahit.
Ternyata pedas bukanlah rasa, tetapi sensasi. Sensasi ini terutama dirasakan di lidah dan mulut, dan dapat menghasilkan sensasi panas.
Seperti yang sudah kita pelajari di bangku sekolah dasar, lidah hanya mempunyai empat reseptor, yaitu reseptor rasa manis yang berada di ujung lidah, asin di samping lidah, asam di tepi lidah, dan pahit di bagian pangkal lidah.
Dari penjelasan di atas, tidak dijelaskan adanya reseptor rasa pedas pada lidah. Hal ini karena pedas hanyalah sensasi panas dan terbakar di ujung saraf lidah atau papila.
Pedas adalah sensasi yang dihasilkan oleh adanya bahan kimia tertentu, terutama capsaicin pada makanan. Capsaicin adalah senyawa aktif dalam cabai yang menimbulkan rasa pedas dan panas.
Rasa panas yang ditimbulkannya dapat meningkatkan suhu tubuh, Capsaicin sendiri berhubungan dengan seluruh bagian lidah, tidak mempunyai bagian tertentu yang lebih peka.
Baca Juga:DPRD Karawang Minta Pemkab Subang Komitmen jaga Areal PertanianSaepudin, Lanjutkan Program Kerja di Periode Ketiga, Menuju Desa Maju dan Berswadaya
Selain itu, otak tidak menerima rasa pedas seperti rasa lainnya. Karena ketika Capsaicin “menyentuh” papila, saraf mengirimkan rasa sakit, mirip dengan lidah terbakar ke otak.
Otak kita justru merasakan rasa sakit yang sama sebagaimana rasa pedas yang kita rasakan ketika makan sambal tersebut sedang membakar lidah kita.