Oleh: Nilah Karnilah S.Pd
Mahasiswi Pasca Sarjana UPI, Guru Matematika SMPN 1 Cimaung, Kab.Bandung. Topik ini telah disajikan penulis dalam mata perkuliahan Kajian Pedagogik Universitas Pendidikan Indonesia
Kemajuan pendidikan Indonesia saat ini tentunya merupakan kontribusi dari banyak tokoh pendidikan dari dunia maupun dari Indonesia sendiri. Tokoh pendidikan dari Indonesia yang sudah kita ketahui tentunya adalah Ki Hajar Dewantara dengan semboyannya “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri handayani” dan R. A Kartini dengan pendidikan kesetaraan untuk perempuan. Namun kali ini, penulis akan mencoba memperkenalkan tokoh pendidikan lainnya, yaitu K.H Ahmad Dahlan.
Dari literatur yang penulis kumpulkan, K.H Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868 dan merupakan anak dari K.H Abu Bakar yang merupakan ulama dan khatib terkemuka di Masjid Kesultanan Yogyakarta (Keturunan ke-11 dari Maulana Malik Ibrahim-Walisongo). Beliau bukan hanya seorang ulama, namun juga pendiri Muhammadiyah, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia yang turut memberikan kontribusi besar dalam perkembangan pendidikan di Indonesia.
Baca Juga:Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karawang, Asep Hajar Minta Maaf Atas Perilaku ANTPemkab Karawang Rencanakan Renovasi Fasilitas Stadion Singaperbangsa
Pada tanggal 18 November 1912, K.H. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah dengan visi dan misi untuk membangun umat islam yang berkemajuan melalui pendidikan, ekonomi, dan sosial. Ia menyadari bahwa untuk mencapai kemajuan, umat Islam harus memiliki pengetahuan yang luas dan memadai. Muhammadiah membuka sekolah-sekolah modern yang mengintegrasikan ajaran agama Islam dengan ilmu pengetahuan umum. Sekolah-sekolah tersebut memberikan peluang pendidikan yang lebih luas dan terbuka untuk semua kalangan, tanpa memandang suku, agama, dan ras.
Kita akan mengenal dengan lebih jauh K.H. Ahmad Dahlan dari konsep ontologi, epistemologi, dan aksiologinya, serta bagaimana kontribusi dan implikasinya dalam pendidikan Indonesia. K.H. Ahmad Dahlan mencerminkan konsep ontologi dalam pandangan filosofinya terhadap hakikat eksistensi atau keberadaan, sumber pengetahuan, dan nilai-nilai moral dalam konteks Islam. Hakikat eksistensinya didasarkan pada keyakinan Islam yang mencangkup keesaan Allah SWT sebagai pencipta segala sesuatu di alam semesta dan pandangan bahwa segala sesuatu di alam ini adalah hasil dari kehendak dan rencana Allah SWT. Konsep epistemologinya kental dengan prinsip-prinsip Islam, yaitu Al-Qur’an dan Hadist sebagai sumber utama pengetahuan yang memberikan petunjuk hidup dan pedoman moral bagi umat Islam.Serta pentingnya menggabungkan ilmu agama dengan ilmu pengetahuan umum untuk mendapatkan pemahaman yang utuh tentang dunia dan kehidupan. Konsep aksiologinya, mengedepankan nilai-nilai moral Islam yang meliputi penekanan pada nilai-nilai kejujuran, keadilan, kasih sayang, dan toleransi.