Pantura: Banjir dan Kekeringan
Tak hanya persoalan hukum, di Pantura Subang akrab dengan banjir dan kekeringan. Awal tahun 2023 hujan deras yang mengguyur Pantura Subang membuat beberapa titik dusun yang berada di Desa Mulyasari, Kecamatan Pamanukan terendam banjir.
Kepala Desa Mulyasari Hassanudin Masawi membenarkan peristiwa tersebut. Menurutnya, banjir yang kembali melanda pemukiman warga Desa Mulyasari masih tergenang di depan rumah warga dan belum masuk ke dalam rumah warga.
Banjir tak hanya terjadi di Kecamatan Pamanukan saja, banjir juga terjadi di Kecamatan Ciasem. Saat itu wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum meninjau dan memberikan bantuan untuk warga yang terdampak bencana banjir di Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang pada Rabu (1/3).
Baca Juga:Sorot Balik Kabupaten Purwakarta 2023, Dari Kasus Perceraian, Korupsi Dana Anggaran BTT, Hingga Pencabulan Oknum Guru NgajiSorot Balik Kabupaten Bandung Barat 2023, dari Oknum Ustad Cabuli 17 Santriwati hingga Peristiwa Keracunan
Banjir yang terjadi di Kabupaten Subang khususnya wilayah Subang Utara ini totalnya ada 4 kecamatan yakni Ciasem, Pabuaran, Pamanukan, Blanakan dengan jumlah total KK yang terdampak sebanyak 5.174 dengan jumlah jiwa 23.071.
Tak hanya bencana banjir, ketika memasuki musim kemarau ekstrem yang terjadi dipertengahan 2023 dampaknya dirasakan oleh warga Pantura Subang. Pasalnya, warga mengeluh dengan keadaan.
Menurut salah satu warga Desa Bobos mengatakan, Pantura Subang ini jika musim panas mengalami kekeringan dan jika musim hujan Pantura selalu mengalami kondisi banjir. Menurutnya, hal tersebut butuh penanganan konkret dari pemeritah.
Sekretaris Desa Bobos Ahmad Fauzan mengungkapkan kekeringan diakibatkan oleh debit air yang sedikit dan musim tanam yang bersamaan, sehingga kebutuhan air saling berebutan dan akhirnya wilayah sawah bagian bawah tidak mendapatkan air.(cdp/ysp)