Namun demikian, militansi dan keyakinan Jaro Pulung tersebut tidak membuat dia lupa untuk menyisipkan pesan.
“Mau pilih siapapun tidak apa, dan memang kita harus memilih, pilihan yang diyakini dengan militant. Sebab tanpa pilihan dan pemilih yang militant, pilpres hanya menjadi ajang hambur-hambur uang saja. Menyebar penyakit konflik, mentakrukunkan sesama sodara, tetangga, gara-gara tak sama pilihan. Pilihan boleh beda, tapi tak harus berkonflik dan pisah seduluran,” tegas Jaro Pulung.
Merenungi obrolan dengan Jaro Pulung, terbersit rasa bangga, ada kesadaran tulus untuk tak terjebak pada jelaga konflik akibat beda pilihan pada pilpres.
Baca Juga:Ujung SenjaTarif Listrik Tidak Naik, PLN Pastikan Pasokan Andal Dukung Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Soal pilihan pilpres, ada baiknya menjumput nasehat anak-anak muda sekarang. “Jangan dibawa baperan (bawa perasaan)”. Artinya beda pilihan tak apa.
Jangan baperan membaca postingan diberbagai media sosial terkait narasi yang berbeda dengan pilihan kita.
Baperan tak berargumen, hanya disokong ketakcerdasan dan ketakdewasaan.
Dan memang itu yang disengaja dihembuskan untuk mendulang pemilih militant nir kesadaran.
Saya juga sepakat, pilihan itu harus didasarkan argumentasi pada misi yang di bawa para capres.
Sebab pada akhirnya, yang menang pada pilpres bukan menjadi urusan rakyat. Rakyat hanya mendapatkan residu konflik akibat baperan yang mewabah semasa kampanye pilpres.
Pilihan beda tak apa, tapi tak harus bermusuhan. (Kang Marbawi,, 06.01.24)