“Artinya terdapat pengambilan air di kawasan tersebut secara berlebihan, maka jika itu terjadi cenderung tidak menutup kemungkinan kawasan tersebut akan mengalami gangguan tanah yang dapat memicu longsor, serupa dengan situasi ini,” jelasnya.
Sementara itu, Penyelidik Bumi Ahli Muda Bidang ESDM Disnakertrans Subang, Ivan Sovian memperkirakan, longsor yang terjadi diakibatkan oleh retakan tanah di bukit.
“Dari hasil pengamatan yang saya lihat, dan informasi dari warga di situ memang ada retakan tanah di bukitnya,” ujar Ivan Sovian saat ditemui Pasundan Ekspres di kantor Disnakertrans, Kamis (11/1).
Baca Juga:Ruhimat Bersama Barisan Pemenangan Prabowo-GibranPenjabat Bupati Subang Imran Titip Pesan ke Guru Agar Tidak Ada Bullying di Sekolah
Kemungkinan, kata Ivan, pemicu terjadinya longsor akibat kemarau panjang, kemudian memasuki musim penghujan dengan intensitas tinggi, air hujan langsung meresap ke retakan-retakan tersebut.
“Lama-kelamaan air itu makin masuk jauh meresap ke dalam terus ada bidang lemah di situ. Sehingga air masuk merembes dan akhirnya terjadi longsor,” katanya.
Menurutnya, jika dilihat dari formasi bebatuan tanah tersebut nampak lempung dan lapisan tanahnya tidak keras, serta dipicu oleh faktor alam sehingga terjadi tanah longsor.
“Pemicunya lebih ke faktor alam, mungkin tadinya kemarau panjang hutan gundul dan ada retakan, air hujan masuk ke dalam retakan itu lama-lama menumpuk kan pas di situ ada bidang tanah yang lemah,” terangnya.
Ditanya soal pendapat WALHI Jabar, Ivan menyebut penyebab longsor kemungkinan bukan karena eksploitasi pengambilan mata air berlebih oleh perusahaan di sekitar.
“Saya kira tidak terlalu ini juga. Karena itu kan mata air, bukan di bor terus disedot. Kalau dibor dan disedot mungkin bisa terjadi ekploitasi berlebihan, ini kan engga. Air mengalir begitu saja tidak ada rekayasa teknis pengeboran atau apa,” ujarnya.
Sebelumnya, Kepala SAR Bandung, Hari Marantika mengatakan, tanah longsor terjadi karena kondisi tanah labil yang tidak mampu menahan curah hujan yang tinggi sehingga longsor.
Baca Juga:Disnakeswan Subang Minta Pelaku Pemalsuan Surat Ditetapkan TersangkaTransformasi Pengelolaan Kinerja Guru dan Kepala Sekolah
“Tanah labil mempunyai karakteristik kondisi tanah yang terus bergeser. Karena itu, ketika hujan dengan curah yang berkuantitas tinggi sering terjadi bencana longsor,” kata Hari Marantika.
Dilansir dari Antara, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM menyebutkan, hujan lebat menjadi penyebab tanah longsor di Cipondok, Desa Pasanggrahan, Kabupaten Subang.