KARAWANG-Pemerintah Desa Pancakarya Kecamatan Tempuran, menggelar acara hajat bumi dengan tema “Ngawangun Desa Lewat Budaya”. Acara tersebut, sebagai wujud rasa syukur hasil bumi dan sudah menjadi tradisi secara turun menurun.
Hajat bumi diselenggarakan Di Halaman Kantor Desa Pancakarya yang berlangsung selama dua hari. Acara tersebut diisi dengan kegiatan sosial, santunan anak yatim, kegiatan keagamaan doa bersama, pemeriksaan kesehatan gratis, cukur gratis, dan perlombaan seni dan budaya. Antara lain, kirab gunungan, iring-iringan kuda, festival musik lesung, ajang kesenian angklung, drum band, musik tradisional, kesenian tradisional topeng banjet oleh grup Sinar Pusaka Warna (Bah Pandul).
Kades Pancakarya H Asep Sugianto mengatakan, acara ini bentuk rasa syukur atas melimpahnya rezeki yang Allah berikan. Terimakasih kepada seluruh warga Desa Pancakarya, yang sudah memberikan dukungan serta partisipasinya dalam acara ini.
Baca Juga:Buntut Ikut Deklarasi Pemenangan Prabowo-Gibran, Ruhimat Tepis Kabar Berlabuh ke GerindraKetua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono: Asa Kembalikan Kejayaan Demokrat
“Sedekah bumi yang dilaksanakan ini bertujuan untuk ngamumule budaya, mempererat tali silaturahmi serta kerukunan antar warga desa Pancakarya,” ujarnya.
Ia menambahkan, selain memiliki pengharapan dan tujuan yang bagus, yaitu mengungkapkan rasa syukur dan memberikan penghormatan kepada leluhur. Sedekah bumi akan mampu juga menarik datangnya para wisatawan ke wilayah Desa Pancakarya.
“Perlu diketahui Di wilayah Desa Pancakarya saat ini memiliki dua obyek wisata kekinian yang terkenal. Yakni, bebek gowes di Situ Buer, yang berada di Dusun Buer dan tempat pacuan kuda yang berlokasi di bengle,” tambahnya.
Panitia Acara, Andi Mulyadi, mengatakan, acara yang digelar merupakan sebagai bentuk rasa syukur kepada yang maha kuasa. Sedekah bumi juga diartikan sarana memanjat doa, agar selalu diberikan keselamatan dan dijauhkan dari bencana. Tradisi sedekah bumi ini, merupakan salah satu bentuk ritual tradisional masyarakat Karawang yang sudah berlangsung secara turun menurun dari nenek moyang dahulu.
“Kami para penerus dari leluhur Sunda yang berada di desa Pancakarya, tentunya ingin melestarikan warisan budaya dan kearifan lokal, serta dipastikan bakal menghindari hal yang bersifat modorot atau kemusyrikan dalam setiap isi agenda acara,” ucapnya.(dik/ery)