Monyet Rhesus Hasil Kloning Diciptakan untuk Penelitian Medis, Begini Tanggapan RSPCA!

Monyet Rhesus Hasil Kloning Diciptakan untuk Penelitian Medis, Begini Tanggapan RSPCA! (Image From: ABC)
Monyet Rhesus Hasil Kloning Diciptakan untuk Penelitian Medis, Begini Tanggapan RSPCA! (Image From: ABC)
0 Komentar

PASUNDAN EKSPRES – Monyet rhesus hasil kloning diciptakan untuk mempercepat penelitian medis.

Tim peneliti dari China berhasil melakukan kloning pertama pada monyet rhesus, sebuah spesies yang sering digunakan dalam penelitian medis karena kemiripan fisiologinya dengan manusia.

Monyet Rhesus Hasil Kloning Diciptakan untuk Penelitian Medis

Dilansir dari BBC News, Rabu (17/1/2024), para peneliti menyatakan bahwa keberhasilan ini dapat mempercepat proses pengujian obat, karena hewan yang identik secara genetik dapat memberikan hasil yang konsisten, memberikan tingkat kepastian yang lebih tinggi dalam uji coba.

Baca Juga:BMKG Deteksi Adanya Siklon Tropis Anggrek, Ini Dampaknya!Udang Gulung Mie, Camilan Favorit Anak-anak yang Rasanya Enak Banget

Upaya yang dilakukan sebelumnya untuk mengkloning rhesus tidak berhasil atau bahkan keturunannya mati dalam beberapa jam kemudian.

Pada mamalia, reproduksi seksual menghasilkan keturunan yang terdiri dari campuran gen dari ayah dan ibu. Sedangkan pada kloning, teknik yang digunakan adalah dengan membuat salinan genetik yang identik dari satu hewan.

Salah satu contoh hewan kloning yang paling terkenal adalah Dolly, seekor domba yang berhasil dikloning pada tahun 1996.

Para ilmuwan memprogram ulang sel dari domba lain untuk mengubahnya menjadi embrio, yaitu sekumpulan sel yang dapat tumbuh menjadi bagian tubuh organisme. Embrio-embrio ini kemudian ditempatkan dalam ibu pengganti Dolly.

Pada Jurnal Nature Communications, para peneliti mengungkapkan bahwa mereka telah berhasil melakukan hal serupa pada monyet rhesus.

Mereka mangatakan bahwa hewan tersebut tetap dalam kondisi sehat selama lebih dari dua tahun. Bukti tersebut menunjukkan keberhasilan proses kloning yang dilakukan.

Tapi, seorang juru bicara dari Royal Society for the Prevention of Cruelty to Animals (RSPCA) di Inggris menyatakan bahwa penelitian yang dilakukan ini menyebabkan penderitaan hewan-hewan lebih besar daripada manfaat langsung yang diperoleh pasien manusia.

Baca Juga:Resep Gyoza Ayam Udang untuk Menu di Tengah Hujan yang Dingin, Nikmat Banget!5 Cara Bikin Wajah Glowing Cepat, Auto Bening Bercahaya sampai ke Dalam-dalam

“Penelitian ini tidak memiliki aplikasi langsung saat ini. Kami berharap bahwa eksperimen ini akan memberikan manfaat bagi pasien manusia di masa depan, namun implementasinya dalam kehidupan sehari-hari masih memerlukan waktu bertahun-tahun dan mungkin membutuhkan pengembangan lebih lanjut melalui penggunaan ‘model’ hewan yang lebih banyak,” kata salah satu juru bicara RSPCA.

“RSPCA menunjukkan keprihatinan yang besar terhadap tingginya tingkat penderitaan dan kesulitan yang dialami oleh banyak hewan dalam eksperimen ini, serta tingkat keberhasilan yang rendah. Primata adalah hewan yang cerdas dan memiliki kesadaran, dan bukan hanya alat penelitian semata,” tambahnya lagi.

0 Komentar