Pertama, dengan mengenal utusannya. Kedua, dengan membaca tulisannya. Ketiga, dengan memperhatikan hadiahnya”. Utusannya merupakan bayang-bayang dirinya. Tulisannya merupakan susunan pikirannya. Sedangkan hadiahnya merupakan timbangan akal pikirannya. Maka lebih kurangnya ketiga hal tersebut, adalah ukuran orangnya.
Sekalipun teori ini terlalu melangit, tapi tidak salah juga jika pemilih menjustifikasi dan menilai paslon yang akan dipilihnya berdasarkan pada visi misi partai dan team sukses yang mengusungnya, sebab keduanya merupakan bayang-bayang dari pasangan calon yang akan dipilih.
Utusan paslon adalah tim sukses. Jika tim suksesnya diisi oleh orang orang yang memilki background penjilat, terperangkap pada kepentingan yang merugikan masyarakat, suka mengumbar janji tanpa memperhitungkan bahwa janji itu bisa direalisasikan atau tidak, atau justru ketika nanti merealisasikan janjinya tetapi dalam waktu bersamaan malah justru merugikan masayarakat luas. Maka logika pada paslon seperti ini, kreadibilitasnya sah untuk kita ragukan.
Baca Juga:Simulasi Pemungutan dan Penghitungan Suara, Ketua KPU: Ini Jadi Gambaran dan Tolok UkurPupuk Kujang Alokasikan 5.000 Kupon Diskon Pupuk Nonsubsidi di Purwakarta
Tulisan paslon adalah gagasannya. Tulisan adalah rangkaian kata yang terlahir dari pemikirannya. Jika rangkaian kata dalam tulisan tidak ditemukan, maka lihatlah apa yang sering diucapkan, karena ucapannya adalah buah pikirannya. Maka gagasan keberpihakan pada kepentingan masyarakat harus menjadi ide dasar. Semua yang ia janjikan harus memiliki pondasi public policy bahwa kepentingan dan keadilan bagi rakyat merupakan gagasan pokok.
Hadiah paslon adalah rekam keberpihakan kepada rakyat. Senioritas dan tangga kehidupan adalah pengalaman yang harus diketahui oleh masyarakat. Senioritas mengacu pada bagaimana pengalaman hidup menjadi guru yang sangat bermanfaat untuk mengambil kebijakan bagi orang banyak. Sedangkan tangga kehidupan memberikan arahan bagaimana hidup ini tidak “ujug ujug”, tidak sporadis dan bukan kebetulan. Tangga kehidupan mengajarkan kita betapa susahnya untuk mencapai kualitas hidup yang terbaik. Karena usaha tidak akan menghianati hasil.
Alhasil, pengalaman paslon dalam meminpin, rekam jejak prestasi, gambaran sehari-hari yang mereka lakukan, orisinalitas prilaku atau pencitraan dan kestabilan emosi harus menjadi tolah ukur dalam menentukan kualitas presiden.(*)