PASUNDAN EKSPRES- Sejak berabad-abad yang lalu, banyak orang Chinese yang telah menetap di Indonesia dan berhasil mencapai keberhasilan finansial yang luar biasa.
Tidak dapat dipungkiri bahwa ada sejumlah filosofi dan praktik hidup yang menjadi landasan kesuksesan mereka.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi beberapa aspek dari keberhasilan orang Chinese, yang sekaligus bisa menjadi inspirasi bagi kita.
1. Mindset yang Kuat
Baca Juga:Korelasi Antara Kecerdasan dan Kekayaan: Apakah Pintar Sama Dengan Kaya?Revamp Granger Bocoran dan Belum 100% rilis di Advance Server
Kunci pertama dari keberhasilan orang Chinese adalah mindset yang kuat. Dalam buku “Success Pivot”, ditekankan bahwa mindset merupakan fondasi utama kesuksesan. Mindset yang dimiliki oleh orang Chinese cenderung kalkulatif, hati-hati dalam mengelola keuangan, dan terbiasa bekerja keras tanpa menghitung-hitung waktu
Orang Chinese, terutama yang masih murni dari keturunan Tiongkok, memiliki tradisi menabung yang kuat. Bahkan sejak kecil, mereka diajarkan untuk menyimpan sebagian besar pendapatan mereka. Menabung dianggap sebagai suatu keharusan, dan uang yang disimpan bisa menjadi cadangan darurat yang berguna di masa-masa sulit.
2. Etos Kerja yang Tinggi
Etos kerja yang tinggi merupakan karakteristik lain yang membedakan orang Chinese. Mereka terbiasa bekerja lebih keras, tidak menghitung-hitungan soal lembur, dan siap melakukan pekerjaan apa pun dengan profesionalitas tinggi. Filosofi “Bekerjalah sebelum ayam pagi berkokok” mencerminkan semangat untuk bekerja keras dan mencapai kesuksesan melalui dedikasi.
Dalam menjalankan bisnis, orang Chinese juga dikenal kalkulatif dan hati-hati dalam mengelola keuangan. Mereka terbiasa mencatat setiap pengeluaran, memastikan bahwa setiap uang yang dikeluarkan memiliki tujuan yang jelas dan terukur.
3. Keahlian dalam Mengelola Uang
Orang Chinese gemar menabung dan memiliki kecenderungan untuk berpikir jangka panjang dalam mengelola uang. Mereka cenderung melakukan investasi yang produktif, seperti menabung emas atau properti. Pilihan untuk memiliki properti sendiri juga mencerminkan pandangan bahwa memiliki aset fisik adalah langkah yang bijak untuk meraih kestabilan finansial.
Selain itu, kehati-hatian dalam menggunakan fasilitas kredit juga menjadi bagian dari pola pikir mereka. Hutang dianggap boleh asalkan itu hutang produktif, yang dapat membantu dalam pengembangan bisnis atau kebutuhan yang strategis. Mereka tidak menerima hutang untuk kebutuhan konsumtif atau foya-foya.